Mohon tunggu...
Masluh Jamil
Masluh Jamil Mohon Tunggu... Lainnya - Satu diantara ribuan kompasianer

masluhj@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kompromi

2 Desember 2014   13:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:16 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Memang aku harus kompromi, dengan terpaksa akupun harus berdiri diantara kalian.
Aku akan menjadi penengah kalian.

Maaf, bukan maksud aku mengkhianati kalian.
Justru aku ingin mempertahankan persahabatan kita, persaudaraan kita.

Di satu sisi, ingin aku luluh lantak kan gedung tersebut.
Tetapi disisi yang lain ingin ku bangun gedung bertingkat pencakar langit.

Ingin ku bangun hingga menjulang tinggi sampai ke atas langit.
Sehingga siapapun yang melihatnya akan terkagum-kagum dibuatnya.

Aku harus bisa menjadi penengah.
Bangunan itu tidak akan aku luluh lantak kan.
Juga tidak aku bangun bertingkat.

Mengingat banyak jiwa yang harus dipenuhi isi perutnya.
Jangan karena ego sesaat, kita bertindak sesat.

Tidak akan aku bangun tinggi, karena aku menghargai persahabatan kita.
Dengan membangunnya, aku yakin akan membuat kelopak matamu yang indah akan menjadi silau dan buta karenanya kawan.

Cukup aku biarkan saja. Akan aku bangunkan sederhana, itupun jika diminta.

Sayang seribu sayang, andaikata engkau saat ini masih disana. Dan datang orang lain melengkapi mu.
Niscaya, bangunan tersebut akan kita bangun menjulang tinggi.

Dulu aku yakin akan hal itu akan terwujud, mengingat bangunan tersebut didirikan oleh tidak sembarang orang. Tapi kumpulan beberapa orang yang memiliki tekad yang sama dan untuk berjuang bersama.

Sekarang, seakan aku tidak tau harus berdiri diposisi mana. Ditengah pun pada akhirnya akan condong salah satu walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tetap kekeh ditengah.

Salam kawan.
Hanya coretan kecil yang aku buat sebagai bentuk dukungan dan protes terhadap kalian berdua.

Bagaimanapun, kalian adalah temanku, kalian adalah saudaraku, kalian adalah keluargaku.
Terserah kalian dan orang lain akan menilai aku seperti apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun