Mohon tunggu...
Masluh Jamil
Masluh Jamil Mohon Tunggu... Lainnya - Satu diantara ribuan kompasianer

masluhj@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

KH. Ahmad Basyir, Ulama Kharismatik Kudus Wafat

19 Maret 2014   14:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:45 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, ulama kharismatik, pengasuh Pesantren Darul Falah Jekulo Kudus, Jawa Tengah, KH. Ahmad Basyir wafat, Selasa (18/03/2014) pada pukul 00.10 WIB.

Dari keterangan beberapa santri, KH. Ahmad Basyir wafat setelah dirawat di Rumah Sakit (RSI) Sunan Kudus. Almarhum wafat dalam usia 90 tahun, dan meninggalkan seorang istri, 9 anak, dan 23 cucu.

Jenazah almarhum dimakamkan pada hari yang sama, Selasa (18/03/2014) jam 14.00 WIB di komplek pemakaman umum Dusun Kauman, tak jauh dari kediaman beliau.

Sejak pagi ribuan pelayat sudah berdatangan memenuhi kediaman almarhum yang terletak di Dukuh Mbareng, Jekulo, Kudus-Jawa Tengah. Secara bergantian pelayat menshalati jenazah almarhum di kediaman almarhum yang berada di Komplek Pesantren Darul Falah setempat.

Sejumlah anggota Banser Kudus pun sibuk mengatur di sekitar kediaman almarhum, karena saking banyaknya masyarakat yang ingin ikut mensholati.

Sejumlah ulama dari berbagai daerah juga datang memberikan penghormatan. Diantaranya KH. Sya'roni Ahmadi, Habib Umar Muthohar, KH. Ulin Nuha Arwani, KH. Ulil Albab Arwani dan KH Syafiq Nashan

Mbah Basyir, sebutan akrab beliau sebagai guru dan pemberi ijazah (mu’jiz) Dalailul Khairat. Santri beliau banyak berasal dari Kudus dan di luar Kudus yang nyantri di Darul Falah.

Pesantren yang beliau dirikan pada tahun 1970 memiliki motto "Njiret Weteng, Nyengkal Mata", yang berarti "Sengsara itu berani lapar, berani bangun tengah malam. Dalam artian untuk belajar" Masa muda bersusah payah, maka saat tua akan menemukan kesuksesan.

Sebelumnya, kita kehilangan ulama-ulama besar, KH. Sahal Mahfudh, KH. Masduqi, KH. Zainal Abidin Munawir, KH. Waris kesemuanya adalah pimpinan Nahdiyin.

Kita tidak boleh pesimis dengan wafatnya beberapa ulama. Kesedihan dan perasaan duka adalah suatu hal yang wajar. Yang penting sekarang dan seterusnya adalah bagaimana kita dapat melanjutkan dan melestarikan ilmu dan amalan yang telah beliau berikan dan contohkan kepada kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun