"Tidak ada yang akan mengubah nasib seseorang, kecuali orang itu sendiri."
Hal tersebut disampaikan Tjiptadinata Effendi saat diminta unuk memberikan sepatah dua kata setelah menerima penghargaan Kompasianer of The Year 2014 seminggu yang lalu di malam puncak acara Kompasianival 2014.
Lebih jauh, Opa Tjip --panggilan akrab saya kepada Tjiptadinata Effendi-- memberikan pesannya melalui buku yang berjudul Beranda Rasa. Buku yang diterbitkan Peniti Media yang diluncurkan berbarengan saat acara Kompasianival 2014.
Beranda Rasa, adalah salahsatu buku yang sudah dipromosikan oleh Peniti Community seperti ulasannya bang Isson Khairul yang berjudul Peniti Community, Wadah Kompasianer Menerbitkan Buku (http://media.kompasiana.com/buku/2014/11/23/peniti-community-wadah-kompasianer-menerbitkan-buku-688105.html)
Dalam bukunya Opa Tjip berpesan bahwa, "Nasib itu ada ditangan saya, dan tanggung jawab saya. Tidak seorangpun dapat mengubah nasib saya, kecuali saya sendiri. Saya bertekad untuk mengubah nasib saya sejak saat ini. Untuk itu saya akan bekerja keras dan berdoa, untuk meraih cita-cita hidup saya".
Lebih lanjut disampaikan bahwa, meratapi nasib tidak akan mengubah apapun. Your destinty is in your hand, and my destiny is in my hand.
Iqro' melalui Tjiptadinata dan Kompasiana
Sesaat setelah Opa Tjip mengucapkan sambutan di malam itu, saya teringat pada kitab suci Al Qur'an pada surat Ar-Ra'd ayat 11 yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”
Hanya saja, --mungkin-- saya pribadi sebagai seorang Muslim yang belum sepenuhnya benar-benar melakukan iqro' (membaca) untuk memahami, menghayati dan mengamalkan kitab suci tersebut.
Dan melalui Opa Tjip, saya pun diingatkan sekali lagi, untuk benar-benar iqro'. Sehingga bisa memahami, menghayati dan mengamalkan maksud kitab suci yang terkandung di dalamnya.