[caption id="attachment_355471" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi Kompasiana | sumber: skrinsut layar Kompasiana tempo doeloe |"][/caption]
Tidak terasa, sudah lebih dari sepuluh hari aku vakum berkompasiana. Seakan tiada waktu untuk sekedar membukanya, apalagi menulis didalamnya.
Tayangan perdana KompasianaTV pun terlewat. Bahkan. Hiruk pikuk di Kompasiana tidak bisa aku dengar dan lihat.
Entahlah. Apakah ini yang dinamakan writer block, atau memang kesibukan yang dengan sengaja aku jadikan tumbal alasan menutupi rasa malas.
Ya, mungkin saja sifat malas ini sudah mulai menggerogoti jiwaku. Pikiran pun mulai tumpul seiring berjalannya waktu karena sudah tiada terasah keterampilan menulis di Kompasiana.
Teringat perkataan teman, bahwa terkadang kita berjalan perlu berhenti sejenak untuk beristirahat sekedar merenung dan meratapi apa yang telah kita perbuat.
Bus saja ada terminalnya, pesawat ada bandaranya. Begitu juga dengan menulis, terkadang butuh jeda. Ya, perumpamaan itulah selalu membuat hatiku ayem, tenang. Meskipun terus terang, terkadang hal itu membuatku terlena.
Malang, 21 Januari 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H