Mohon tunggu...
Maslani SPd
Maslani SPd Mohon Tunggu... -

Pendidik di SMPN 4 Pelaihari , Kabupaten Tanah Laut., Kalimantan Selatan. Memulai menekuni menulis artikel secara rutin sejak tahun 2013, khususnya artikel yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Beberapa tulisan artikel terbit di koran lokal Kalimantan Selatan, baik koran Banjarmasin Post maupun Radar Banjarmasin.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gagal Naik Sampai ke "Benteng Belanda" Tahura Sultan Adam

24 Desember 2018   06:47 Diperbarui: 24 Desember 2018   07:36 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seusai melihat dan menikmati keindahan air terjun Puteri yang berada di lokasi objek wisata Taman Hutan Raya atau TAHURA Sultan Adam Mandiangin Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, pada Ahad,23 Desember 2018, pada sekitar pukul 15.30 WIT, maka dilanjutkan menuju benteng Belanda yang berada di atas gunung di TAHURA tersebut.  Rasa panasaran untuk melihat langsung bagaimana bentuk benteng tersebut, membuat penulis memberanikan diri menjalankan mobil menuju ke titik puncak sebuah gunung di kawasan TAHURA Sultan Adam tersebut.

Penamaan TAHURA ini diambil dari nama seorang raja dari Kerajaan Banjar yang sangat terkenal menantang penjajah Belanda pada masa itu, yang bernama Sultan Adam Al --Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman Saidulllah II.  Kawasan hutan raya ini menjadi pusat konservasi alam yang berada di kawasan pegunungan Meratus yang membentang dan berada di hampir seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.

Sekitar pukul 15.40 WIT, penulis memulai menjalankan mobil menapaki jalan beraspal yang masih terlihat baru untuk menuju benteng Belanda dan juga pemandian yang berada di bagian puncak gunung. Awalnya jalan yang dilewati beberapa kilometer masih beraspal bagus dan lebar, namun ketika makin ke atas, kondisi jalannya kurang baik, sempit dan banyak tikungan tajamnya. Dengan segala kemampuan dan keberanian yang ada, penulis terus menjalankan mobil, meski isteri di samping tidak berani memandang ke sebelah kiri mobil, karena di sampingnya merupakan jurang yang dalam.

Dokpri
Dokpri
Alhamdulillah, sekitar pukul 16.00 WIT, penulis dapat membawa mobil sampai pada sebuah titik yang memiliki tempat luas, sehingga dapat memarkir mobil dan beristirahat di sana. Sedangkan benteng Belanda dan kolam pemnadian masih cukup jauh di atasnya lagi. Penulis tidak berani lagi menjalankan mobil ke atas, sudah cukup sampai di titik ini saja, karena jalannya cukup menanjak dan licin.

Dokpri
Dokpri
Di titik yang lumayan tinggi tersebut, sudah ada 3 (buah) mobil yang parkir, dan penumpangnya sedang menikmati pemandangan dari ketinggian ini dengan mengambil foto lingkungan alam sekitar yang indah dan mempesona pada sore itu. Kesempatan ini juga tidak penulis sia-siakan untuk berfoto bersama isteri dan anak dari spot khusus untuk berfoto yang disediakan oleh pengelola TAHURA Sultan Adam Mandiangin ini.

Dokpri
Dokpri
Ada sekitar 15 menit kami berada di titik yang cukup tinggi ini untuk menikmati keindahan alam sekitar seraya berfoto ria sebagai kenang-kenang, bahwa kami pernah berada di titik ini. Sekitar pukul 16.15 WIT, kami memutuskan untuk turun dan kembali ke titik awal masuk kawasan TAHURA Sultan Adam Mandiangin ini. Beda dengan saat menaiki ke puncak yang terasa tegang, maka saat turun ini terasa lebih santai, namun tetap menjaga konsentrasi agar kecepatan mobil tetap terjaga dan stabil di tempat turunan dan tikungan tajam.

Selanjutnya, sekitar pukul 16.30 WIT, kami sudah berada kembali di titikawal masuk kawasan TAHURA Sultan Adam Mandiangin untuk selanjutkan pulang ke Pelaihari, Tanah Laut. Hari masih mendung dan kemungkinan besar akan turun hujan lagi. Kondisi jalan di pintu masuk TAHURA Sultan Adam Mandiangin ini licin dan becek, sehingga harus sangat berhati-hati menjalankan mobil atau sepeda motor. Sekitar pukul 17.00 WIT, kami meninggalkan kawasan TAHURA Sultan Adam Mandiangin.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun