Sebelum memasuki ruang pemeriksaan keimigrasi di pelabuhan penyeberangan Singapura, rombongan kami disuruh petugas untuk menunggu di ruang tung yang berada di lantai atas. Hari sudah mulai malam, sekitar pukul 18.00 waktu setempat,pada Sabtu, 30 Juli 2016 yang lalu.
Rombongan kami, kepala sekolah SMP dan  pejabat Dinas Pendidikan Tanah Laut, dijadwalkan oleh agen perjalanan di Batam pulang dengan naik kapal yang paling terakhir berangkat kembali ke Batam, sehingga rombongan kami masih lama menunggu masuk ruang pemeriksaan keimigrasian Singapura.
Suasana ruang tunggu di pelabuhan Singapura ini seperti dalam ruang tunggu di bandara Banjarmasin, bahkan mungkin lebih dari itu. Ada banyak pertokoan yang menjaul beraneka ragam makanan dan minuman ringan, dan juga ada tempat shalat untuk pengunjung yang beragama Islam.
Pokoknya, penumpang kapal yang akan ke Batam tidak akan terlalu bosan menunggu di ruang tunggu pelabuhan ini. Demikian pula hal yang penulis dan kawan-kawan rasakan saat menunggu masuk ruang pemeriksaan keimigrasian sebelum memasuki kapal yang mengantarkan kembali ke Batam.
Ada sekitar 1 jam lebih kami menunggu sebelum dipersilahkan memasuki ruang pemeriksaan keimigrasian Singapura seperti sewaktu kami datang pagi tadi. Namun, bedanya antrean pengunjung yang mau pulang ke Batam tidak sepadat seperti masuk ke Singapura.
Antrean cukup banyak, dan pada umumnya orang Indonesia yang akan kembali ke Batam, tidak terlihat wajah orang asing yang antre saat itu. Tidak berapa lama menunggu berdiri dalam antrean, penulis dan kawan-kawan sudah selesai urusannya dengan petugas imigrasi Singapura malam itu.
Cukup jauh mendatangi kapal yang akan mengantarkan rombongan kami menuju Batam. Sesampainya di kapal, rombongan kami menempati kursi penumpang yang tersedia atau menempati bagian buritan kapal yang kosong, Â dan bagus untuk melihat pemandangan alam bebas malam itu.
Dari kapal ini, penulis melihat ada gedung yang tinggi  dekat kapal kami, dengan lampu-lampu yang menyala setiap  ruangannnya. Setelah kapal yang kami tumpangi dekat dengan yang penulis sangka gedung itu,  ternyata  sebuah kapal pesiar yang besar yang sedang bersandar di pelabuhan Singapura pada sisi lain, bukan gedung bertingkat sebagaimana penulis sangka sebelumnya.
![(dok. pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/15/pulang-ke-batam-1-jpg-5c14cfac43322f417340ece2.jpg?t=o&v=770)
Ada lampu kareta gantung yang bersinar melintas di langit Singapura, karena malam itu kareta gantung masih tetap beroperasi. Kapal terus bergerak menembus malam yang semakin gelap dan membelah ombak menuju pelabuhan Batam.
Penulis saat itu mengambil posisi di belakang atau buritan kapal  bersama beberapa kawan dan penumpang yang lain. Dari buritan kapal tersebut, penulis dapat melihat suasana malam Singapura dari dekat kemudian menjauh dan menjauh, hingga akhirnya hilang dari penglihatan karena jaraknya semakin jauh.