Libur telah tiba...libur telah tiba hore..hore ...
Masa libur sekolah akan  tiba yang bersamaan dengan libur  Natal dan Tahun Baru 2019.  Siswa pun bergembira dan bersuka cita menyambut libur sekolah yang relatif panjang  dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Libur sekolah merupakan waktu yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan siswa dan orangtua atau keluarga, karena dengan libur sekolah ini akan banyak waktu berkumpul dengan anak-anak setiap harinya.
Sementara itu, Â bagi guru dan tenaga kependidikan di sekolah, libur sekolah merupakan waktu untuk beristirahat sejenak dari tugas rutin setiap harinya, bukan libur sepenuhnya sebagaimana siswa. Â Setelah selesai semester ganjil, maka dilanjutkan dengan persiapan menjelang semester genap, sehingga hanya sedikit waktu libur sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk libur. Semua memang sudah menjadi konsekwensi dari tugas dan tanggung jawab.
Lalu, bagaimana dengan kegiatan siswa  semasa menikmati libur sekolah yang relatif panjang ini ? Semasa liburan di rumah, siswa menjadi tanggung jawab sepenuhnya orangtua atau keluarga dalam hubungannya menjaga dan membina kehidupannya sehari-hari. Kini, semasa libur sekolah hak dan kewenangan membina dan membimbing siswa selama masa libur sekolah  sepenuhnya menjadi tanggung jawab orangtua atau keluarga mereka masing-masing. Orangtua atau keluargalah yang mengatur dan mengawasi anak atau siswa dalam kegiatannnya sehari-hari, mulai bangun tidur hingga tidur kembali.
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama pendidikan anak sebelum memasuki dunia pendidikan formal  seperti sekolah, madrasah,  pondok pesentren, dan lembaga pendidikan formal lainnya.  Ketika anak atau siswa kembali ke lingkungan keluarga sepenuhnya, maka tentunya guru atau sekolah tidak khawatir dengan kenyataan tersebut,  karena anak atau siswa diasuh dan ditangani oleh pemegang dan penanggung jawab penuh mereka, termasuk dalam pembinaan karakter anak atau siswa.
Selama ini, Â di sekolah secara formal, terencana, terjadwal, dan terbimbing dilaksanakan kegiatan yang Penguatan Pendidikan Karakter atau PPK melalui berbagai kegiatan atau aktivitas rutin sekolah sehari-hari. Â Sedangkan ketika kembali ke orangtua atau keluarga, maka kegiatan PPK yang seperti di sekolah tentunya tidak ada atau tidak sama, ataupun kalau ada tetapi konsep dan perwujudannya berbeda dengan yang dilaksanakan di sekolah.
Sejatinya, kebijakan sekolah tentang PPK khususnya, dan pembinaan mental siswa pada umumnya, hendaknya sejalan dan sinergi dengan pola asuh dan pembinaan siswa dalam kehidupan keluarganya. Memang, Â sulit menggabungkan atau memadukan pola asuh keluarga dengan kebijakan sekolah dalam PPK, karena banyaknya perbedaan yang terkadang sangat prinsif dan mendasar antara sekolah dan keluarga. Masing-masing keluarga memiliki pola asuh dan cara tersendiri dalam membina dan mendidik anak-anaknya sehari-hari, dan hal ini sudah menjadi tradisi keluarga yang sangat sulit diubah oleh siapapun, tidak kecuali sekolah.
Pendekatan dan komunikasi yang baik sekolah dengan orangtua atau keluarga diharapkan dapat meminimalisir perbedaan pola asuh dan pola didik antara sekolah dan keluarga, sehingga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan jiwa, kepribadian, dan karakter anak. Kerjasama dan sinergi antara sekolah dan keluarga dapat mengembangkan karakter anak atau siswa saat menikmati masa libur sekolah bersama keluarga tercinta mereka. Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H