Mohon tunggu...
Maslani SPd
Maslani SPd Mohon Tunggu... -

Pendidik di SMPN 4 Pelaihari , Kabupaten Tanah Laut., Kalimantan Selatan. Memulai menekuni menulis artikel secara rutin sejak tahun 2013, khususnya artikel yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Beberapa tulisan artikel terbit di koran lokal Kalimantan Selatan, baik koran Banjarmasin Post maupun Radar Banjarmasin.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menulis Itu Upaya Merangkai Kata untuk Menata Hati

27 November 2018   17:04 Diperbarui: 30 November 2018   18:52 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terbukanya peluang untuk menyampaikan pendapat, opini, atau bahkan kritik melalui media sosial pada dunia maya, memberikan tempat dan ruang bagi semua orang dalam mengungkapkan isi pikirannya terhadap sesuatu permasalahan yang berkembang di masyarakat atau lingkungan sekitar. Terlepas apakah permasalahan itu  diketahuinya secara baik atau tidak, atau sesuai kemampuan atau profesinya, tetapi saja  orang berkomentar dengan bebasnya.

Fenomena menyampaikan komentar meski bukan ahli atau kompetensinya dapat kita baca dalam media sosial yang bertebaran di dunia maya. Tidak ada yang membatasi atau mensensor orang berkomentar di dunia maya membuat media sosial 'kebanjiran' komentar bebas,  dan tidak menutup kemungkinan menjadi fitnah, ujaran kebencian, dan hal-hal negatif lainya.

Melalui kegiatan menulis yang menggunakan kata-kata sopan santun, maka saat itu penulis menata pola pikirnya yang cenderung bebas menjadi lebih terarah, terukur, dan terkendali. Penulis memang diberikan kebebasan berpikir guna mengelola dan mengolah permasalahan, namun ketika menuangkannya dalam tulisan harus tetap santun. Kemampuan penulis menata pola pikir dan menuangkannya dalam tulisan yang santun merupakan salah satu manfaat yang diperoleh ketika penulis sering mengasah kemampuan menulisnya.

Kebebasan berpikir menjadi hak semua orang, tidak terkecuali bagi seorang penulis. Imajinasi yang berada dalam ruang pikirannya harus dapat menjelajah dan menembus ruang waktu, karena dengan imajinisi tersebut penulis dapat menemukan makna hakiki dari sebuah permasalahan. Penulis menjadikan sebuah permasalahan atau fenomena sebagai objek yang didalami secara mendalam sesuai dengan keilmuan, keahlian, dan kemampuan pikirannya. Semakin tinggi ilmu, atau semakin ahli seorang penulis, maka hasil perenungan dan pemahamannya semakin dalam.

Penulis menuangkan hari pendalamannya terhadap sebuah objek dalam bentuk tulisan yang tertata dan bermakna. Tulisan itulah yang kemudian kita baca dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu ilmu pengetahuan. Seandainya saja, tidak ada penulis yang menuangkannya dalam bentuk tulisan, apakah hari ini kita dapat mempelajari sebuah masalah atau fenomena yang terjadi di alam ini. Misalnya tentang angin, sinar matahari, laut, gunung, dan sebagainya.

Menulis berarti penulis menata pola pikirnya menjadi lebih positif dan bermakna, sehingga sesuatu yang dianggap masalah atau problem kehidupan menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Mari menulis untuk menata pola pikir kita agar lebih condong kepada kebaikan dan kebermanafaat bagi diri sendiri dan banyak orang.

Dokpri
Dokpri

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun