Bulan Desember dan tahun baru bagi Kalimantan Selatan identik dengan musim buah, khususnya buah durian. Libur dipenghujung tahun 2017 dan tahun baru 2018 lalu, Â bertepatan dengan melimpah buah durian di daerah Kalimantan Selatan, terlebih di Kabupaten Banjar yang terkenal menjadi sentra buah durian. Ada daerah di Kabupaten Banjar yang terkenal memiliki buah durian terbaik, yaitu desa Bi,ih yang berada di pegungunan, Kecamatan Karang Intan,
Perjalanan ke desa Bi,ih melalui jalan trans Kalimantan desa Tambak Anyar, lalu menyebrang jembatan desa Pingaran, selanjutnya melalui jalan desa yang relatif sempit dan di beberapa titik aspalnya sudah terkelupas. Sementara itu cuaca kurang bersahabat, kadang hujan, gerimis, dan teduh. Memasuki daerah yang akn dituju, terpampang baliho besar yang mempromosikan objek wisata buah durian, serta di beberapa titik tikungan dan tanjakan ada relawan yang bertugas memberitahu dan mengatur arus lalu lintas kepada pengguna jalan yang akan menuju lokasi wisata tersebut.
Setelah mendekati tujuan wisata buah durian, semakin banyak mobil dan sepeda motor yang menuju atau pulang dari tempat tersebut. Jalan semakin terasa sempit karena harus berbagi dengan pengguna jalan yang berlawanan arah, terlebih lagi ketika mendekati lokasi wisata buah durian. Saya harus ekstra hati-hati menjalankan mobil, dan kaca spion sebelah kanan terpaksa ditutup untuk menghindari benturan dengan mobil yang berpapasan.
Setelah memarkir mobil, kami keluar untuk mencari penjual buah durian. Kebetulan di rumah yang kami tempati untuk parkir mobil ada berjualan durian, dan sudah ada pembeli yang membeli dan makan durian di teras rumah tersebut. Kami pun melihat dan mencoba memilah dan memilih buah durian yang ada di tempat tersebut. Ternyata, cara berburu buah durian ala desa Bi,ih ini adalah seperti itu, karena setiap rumah menjual buah durian hasil kebun mereka sendiri.
Selepas dari melihat dan menawar  buah durian yang ada di rumah tempat kami memarkir mobil, dan harga yang ditawarkan tidak cocok, maka kami mencari ke rumah di sebelahnya. Kebetulan, adik-adik saya yang bersepeda motor datang, lalu rombongan kami mencari dan menawar buah durian dan cempadak yang ada di rumah sebelahnya tadi.  Kondisi buah durian yang kami dapatkan di rumah sebelahnya ini cukup baik, demikian pula dengan buah cempedaknya.  Kami melakukan tawar menawar dengan penjual terhadap beberapa biji buah cempadak atau dalam bahasa Banjar disebut 'tiwadak', dan pada akhirnya sepakat dengan harga yang disetujui bersama.
Kondisi alam dan tingkat kesuburan tanah di desa Bi,ih ini memang sangat cocok dengan tanaman buah-buahan. Desa Bi,ih berada di pegunungan dan curah hujan yang tinggi serta tanah yang lumayan subur. Penulis  sendiri baru pertama kali menginjakkan kaki di desa ini, meskipun nama desa Bi,ih sudah lama penulis kenal sejak kecil, namun belum pernah ke desa ini. Nah, kebetulan libur dan musim buah durian itulah baru terlaksana. Baru tahun ini pula, wisata berburu buah durian ini terjadi, sedangkan tahun-tahun sebelumnya tidak pernah ada seperti tahun ini. Hal ini, juga karena adanya postingan di media sosial, baik facebook, WA, istagram, dan sebagainya.
Viralnya wisata berburu buah durian ini momentumnya sangat tepat, yakni saat musim libur sekolah, akhir 2017 dan tahun baru 2018. Menyebarnya wisata berburu buah durian sangat cepat dan mengundang panasaran banyak orang untuk mencoba sensasi keseruan membeli buah durian di sentra atau kebunnya langsung. Berburu buah durian di kebunnya langsung, memang mempunyai sensasi sendiri bagi pecinta dan penikmat buah durian. Â Memang sudah biasa membeli buah durian pada pedagang kaki lima di tepi jalan, tetapi sensasinya akan beda jika berada di kebun buah durian itu sendiri, apalagi yang baru jatuh dari pohonnya.
Satu hal lagi yang menarik perhatian saya di desa Bi,ih ini adalah adanya kreativitas masyarakat desa itu sendiri. Mereka mampu memanfaatkan media sosial dan momentum yang ada untuk mempekenalkan produk unggulan desa meraka secara langsung, khususnya buah durian. Harga buah durian yang dijual pedagang di pasar atau pinggir-pinggir jalan relatif mahal, terlebih durian yang berasal dari luar, seperti durian Bangkok. Sedangkan harga buah durian desa Bi,ih relatif murah, tergantung nego alias kemampuan tawar menawar.
Kehadiran pengunjung yang berburu buah durian langsung ke desa Bi,ih membuat desa ini seperti mendadak menjadi 'kota' baru, karena ada ratusan mobil dan ribuan sepeda motor yang tumpah ruah dalam satu tempat. Pengunjung yang datang menggunakan mobil tentunya tidak sendirian, sedikitnya 2 (dua) orang atau bahkan satu keluarga besar yang jumlahnya lebih banyak lagi. Sedangkan pengunjung yang bersepeda motor membonceng penumpang juga.
Selanjutnya, kami mencari buah durian di tempat yang lain. Ada penjual durian yang pengunjungnya kurang banyak, hanya ada 4(empat) orang yang sedang membeli dan menikmati buah durian. Adik ipar penulis yang mencoba memeriksa dan menawar buah duriannya, sedangkan saya sekeluarga menunggu di dekat mobil saja. Ternyata, tawar menawarnya cukup lama, dan akhirnya saya dan isteri memutuskan untuk pulang ke Pelaihari karena penjalanan kami masih jauh. Setelah pamit dengan adik-adik, penulis menjalankan mobil menuju pulang. Waktu saat itu menunjukkan pukul 14.00 WIT.