Mohon tunggu...
Maslani SPd
Maslani SPd Mohon Tunggu... -

Pendidik di SMPN 4 Pelaihari , Kabupaten Tanah Laut., Kalimantan Selatan. Memulai menekuni menulis artikel secara rutin sejak tahun 2013, khususnya artikel yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Beberapa tulisan artikel terbit di koran lokal Kalimantan Selatan, baik koran Banjarmasin Post maupun Radar Banjarmasin.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

IGI dan Peningkatan Kemampuan Menulis Guru

6 November 2018   10:08 Diperbarui: 6 November 2018   10:42 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Membaca dan menyimak sebuah artikel yang terdapat dalam koran Banjarmasin Post, pada Rabu, 19 September 2018, yang berjudul " Menggerakkan Roda Literasi Melalui Dana Desa",yang ditulis oleh Kukuh Budiwasono SE MM, Kepala Seksi Bank KPPN Pelaihari.  Dalam artikel tersebut, dipaparkan bahwa menurut hasil survey yang dilakukan oleh UNESCO  pada tahun 2012 terhadap minat baca di 61 negara. Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Hasil survey ini menunjukkan Indonesia pada peringkat kedua terendah dari negara yang disurvey.

Kondisi yang dipaparkan oleh penulis artikel di atas, menunjukkan bahwa minat baca bangsa Indonesia masih sangat memprihatinkan, meski kita sudah merdeka 73 tahun lalu. Tentu kondisi tersebut menjadi PR bagi semua pihak yang peduli dengan upaya meningkatkan kecerdasan anak bangsa ini melalui Gerakan Literasi Nasional, sehingga salah satu tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 dapat tercapai, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

IGI  ( Ikatan Guru Indonesia ) , salah satu organisasi profesi guru di Indonesia,  sudah bergerak mendukung dan mendorong peningkatan minat baca bangsa ini melalui gerakan SAGUSAKU atau Satu Guru Satu Buku.  Gerakan SAGUSAKU ini menginisiasi perlunya guru membaca dan kemudian menuliskan apa yang telah dibacanya dari berbagai sumber tersebut menjadi buku. Hal ini sesuai dengan makna literasi, yaitu kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.

Kehadiran IGI dalam menginisiasi dan menggerakkan literasi pada kalangan guru dimaksudkan agar sosok guru yang berada di garis terdepan pendidikan anak bangsa, dapat menjadi pelopor dan penggerak minat baca bagi siswanya di sekolah melalui gerakan literasi tersebut.  Kemudian, dalam upaya menggerakkan guru menjadi pelopor gerakan literasi di sekolahnya, IGI melakukan kegiatan pelatihan atau workshop menulis yang diikuti oleh guru dari berbagai jenjang sekolah dengan program atau kanal SAGUSAKU, Satu Guru Satu Buku.

Berdasarkan pengalaman penulis mengikuti pelatihan menulis atau menjadi pelatih dalam kegiatan menulis bagi guru tersebut, antusias guru untuk menulis masih perlu ditingkatkan. Kemampuan menulis tanpa didukung oleh minat baca yang tinggi, maka tidak akan dapat menghasilkan sebuah tulisan yang diharapakan. Modal penting bagi guru sebagai penulis adalah dengan banyak membaca, baik buku, koran, majalah, dan sebagainya.  Ketika modal tersebut sudah banyak, maka kemudian tinggal menuangkannnya dalam bentuk tulisan, sesuai dengan bakat dan ganre tulisannya, apakah berupa artikel, cerpen, dan sebagainya.

Program SAGUSAKU yang semakin populer di kalangan guru melalui pelatihan atau workshop menulis selama ini diharapkan akan dapat meningkatkan minat baca di kalangan guru dari semua jenjang pendidikan. Kemudian, melalui figur dan sosok guru inilah diharapkan menjadi model bagi siswanya dalam membaca dan menulis. Kemampuan guru menggerakkan minat baca siswanya bukan terletak pada mata pelajaran yang dipegangnya, meski bukan guru mata pelajaran bahasa Indonesia, guru dapat memberikan keteladanan dalam membaca. Semua guru dapat berparan aktif menggerakkan minat baca dan literasi di sekolah.

IGI sudah mengambil peran dalam menggerakkan minat baca, literasi, dan menulis di kalangan guru seluruh Indonesia secara mandiri  melalui pelatihan watau workshop SAGUSAKU. Peran kecil tersebut diharapkan dapat menggugah dan memotivasi guru Indonesia menjadi penggerak minat baca dan literasi di sekolahnya masing-masing,  yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun