Mohon tunggu...
Inovasi

Libur Sekolah Tak Menghalangi Para Kader dalam Mengikuti Sekolah Intelektual

10 Februari 2017   01:13 Diperbarui: 10 Februari 2017   01:40 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
peserta kader intelektual mendengarkan penjelasan dosen tentang Paradigma Ilmu Sosial (dokumentasi pribadi)

Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi semua orang. Apalagi bagi umat Islam, Allah akan mengangkat derajat orang yang mau menuntut ilmu. Karena dengan ilmu kita akan dihormati dan dihargai oleh orang lain selain untuk menghilangkan kebodohan. Namun bukan berarti kita berhak sombong dansok ketika memiliki ilmu, justru ketika semakin banyak ilmu yang diperoleh, kita harus semakin tawadlu’. Laksana peribahasa yang berbunyi semakin padi berisi, semakin merunduklah ia. Pada intinya mencari ilmu itu penting karena wajib bagi semua umat manusia.

Belajar hanya di kelas waktu kuliah sudah tidak jaman, berorganisasi pun sekarang sangat penting untuk menambah wawasan serta relasi. Namun kita sebagai akademisi harus memilah dan memilih organisasi mana yang baik untuk kita dan lebih-lebih untuk orang lain. Walaupun pada hakikatnya semua organisasi baik, tinggal bagaimana mahasiswanya yang mengatur dirinya agar tetap adil dalam membagi waktu antara kuliah dan organisasi. Berorganisasi apapun jika diseriusi akan menghasilkan buah yang manis jua ke depannya.

Sebagaimana halnya para anggota Kader Intelektual yang merelakan hari liburnya demi mengikuti serangkaian kegiatan intelektual yang telah disusun oleh dosen-dosen pembimbing. Liburan yang biasanya dihabiskan dengan tidur makan tidur lagi makan lagi kini menjadi lebih manfaat bagi mahasiswa yang tidak pulang kampung, karena dengan berdiskusi tentang keilmuan sedikit banyak akan menambah pengetahuan mahasiswa. Terlebih keilmuan yang belum pernah didapat di kelas kuliah maka akan menjadi hal yang berharga untuk ditinggalkan. Paradigma ilmu sosial adalah materi yang diberikan oleh pak Muhibbin selaku dosen Kader Intelektual sekaligus beliau menjabat sebagai kepala LP2M.

Pembelajaran di awali mahasiswa untuk menuliskan sebuah realitas yang ada di sekitar kita. Setelah beberapa menit kemudian satu persatu mahasiswa dipersilahkan untuk menceritakan apa yang ditulis. Hasilnya mayoritas mahasiswa masih menulis yang berjenis opini saja, belum mencapai realita yang sesungguhnya seperti yang diinginkan dosen. Pada akhirnya, dosen menjelaskan bahwa tulisan yang baik itu pertama harus menarasikan fakta-fakta terlebih dahulu, kemudian ke opini. 

Sedangkan yang dinamakan realitas adalah segala sesuatu yang dianggap ada. Realita sangat berhubungan dengan paradigma. Karena para digma adalah asumsi yang sangat mendasari tentang suatu objek yang akan dikaji. Sedang asumsi berarti nilai yang dianut dalam melihat sesuatu, sesuatu itulah termasuk realitas. Selain itu paradigma mengandung seperangkat keyakinan dan kepercayaan, namun bukan melihat dari sisi salah benarnya.

Belajar malam itu selain kami mendapatkan ilmu baru, kami juga mendapatkan motivasi-motivasi terkait kepenulisan. Mahasiswa harus mampu menciptakan buku, kata dosen. Oleh karena itu, sekolah intelektual ini diharapkan bisa menciptakan mahasiswa yang berintelektual, mencintai keilmuan, melakukan penelitian-penelitian yang pada akhirnya nanti adalah menulis sebuah buku. Dengan penelitian-penelitian mahasiswa diajari menganalisa realita yang ada sehingga tidak hanya teori-teori saja yang dipelajari, namun pengaplikasian teori-teori tersebut dalam menganalisa permasalahan yang ada dilapangan. 

Peluang penelitian-penelitian yang bisa dilakukan mahasiswa seperti Riset Kolektif Mahasiswa alias RKM yang diselenggarakan oleh LP2M. Menurut penulis RKM ini bisa menjadi langkah awal mahasiswa untuk mengetahui tentang riset, karena selain berkompetisi dengan mahasiswa lain kami juga akan diberikan bimbingan dan arahan. 

Jadi kesimpulannya dari tulisan ini, sebagai kaum akademisi dimana pun dan kapan pun harus selalu  menuntut ilmu. Karena Rasulullah sudah mengingatkan kita bahwa, “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka wajib baginya memiliki ilmu dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu “. (H.R. Turmudzi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun