Di ruangan berukuran 7 x 10 meter itu, para karyawan yang seluruhnya wanita, kelihatan tekun dengan pekerjaannya masing-masing. Bunyi deru mesin jahit, bersahut-sahutan, membuat ruangan yang bercat putih biru itu menjadi riuh. Mesin jahit yang hampir seluruhnya sudah modern, tersusun rapi. Di sebelah kiri ruangan ini adalah ruang kantor dan ruang tamu konsumen, yang luasnya hampir sama. Sedang sebelah kanan, berukuran sekitar 2,5 x 10 meter, dikhususkan sebagai ruang potong. Potongan-potongan kain tampak menghiasi lantai keramik yang putih bersih ini.
Para karyawan mengenakan seragam batik bercorak biru, karena bersamaan pada hari itu adalah Jumat. Tentu penampilan mereka yang rapi ini dapat membuat pelanggannya merasa lebih nyaman ketika berada di tempat ini. Begitu lah suasana di rumah produksi Ita Mode.
Dua puluh tiga tahun yang lalu (sekitar tahun 1994), Ernita harus berjuang seorang diri, untuk memulai usaha jahit kebaya dan busana muslim. Dia bekerja dengan ulet dan tetap semangat, walau harus menjahit hingga lewat tengah malam, bahkan hingga pukul 02:00 WIB dinihari. Baginya itu lah sebuah perjuangan yang harus ia lakukan untuk menjadi pengusaha sukses.
Antara tahun 1994 hingga 2012, usahanya terus berkembang. Atas perjuangan Ibu 3 putra ini, pada tahun 2012 itu pula, dia membeli rumah yang lebih luas dan strategis sebagai tempat usahanya. Tempat usaha atau rumah produksi tersebut persis berada di sisi jalan besar Masjid Taufik. Kemudian usaha ini dikenal dengan merk dan branding Ita Mode, yang mengkhususkan pada jasa jahit, modifikasi kebaya serta busana muslim.
Di tempat usaha yang baru tersebut, Ita Mode semakin berkembang. Dari situ Ita Mode menambah banyak pelanggan, tidak saja dari kota Medan tapi juga dari luar daerah. Bahkan ada banyak pelanggan Ita Mode yang berasal dari daerah yang cukup jauh, misalnya dari Papua, Kalimantan dan daerah lainnya.
Sejalan dengan banyak nya pelanggan dan semakin meningkat volume produksi, Ita Mode harus menambah jumlah karyawannya. Sampai dengan tahun 2014 karyawan yang ia miliki hingga mencapai 20 karyawan. Dia mencari tenaga kerjanya melalui pengumuman iklan surat kabar dan melalui lembaga kursus menjahit di sekitar kota Medan dan luar kota. Ita Mode juga menyediakan tempat tinggal untuk karyawannya yang berasal dari luar kota Medan.
Tahun ini jumlah karyawan Ita Mode kembali meningkat menjadi 10 orang. Sulitnya mendapatkan karyawan yang terlatih membuat Ernita memiliki harapan untuk mempunyai lembaga kursus menjahit sendiri agar mudah mendapatkan tenaga kerja yang siap pakai. Walau sekarang bisnis pakaian jadi semakin menjamur, tapi Ernita optimis usaha jahitannya tetap diminati pelanggan. Apalagi Ita Mode konsisten menjaga mutu produknya, yang tentu saja disesuaikan dengan ongkos jasanya, untuk kalangan menengah ke atas.
“Kita harus kerja keras, tekun, disiplin dan punya semangat terus. Dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu seperti sekarang ini, kita harus bisa tetap bertahan dan kalau mungkin bisa mengembangkan usaha lebih baik lagi. Saya berharap usaha ini bisa menyediakan banyak lapangan kerja”, ujar Ernita mengakhiri obrolannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H