Catatan Sulaiman Achmad, jurnalis Harian MedanBisnis
Harian MedanBisnis menjadi salah satu media cetak bertajuk ekonomi versi lokal rasa nasional, yang memiliki wilayah edaran cukup luas. Harian ini hadir untuk berpartisipasi dalam dunia ekonomi, keuangan, sosial, hukum dan politik, hingga dikenal masyarakat. Tapi hari ini, tepatnya 30 Maret 2019, menjadi hari terakhir MedanBisnis untuk terbit memenuhi kerinduan masyarakat pembacanya.
Di bawah bendera PT Kasih Karunia MedanBisnis, koran ini mulai cetak pada Juli 2000 silam di Medan, Sumatera Utara.Selain di Sumatera Utara, koran ini berekspansi ke Sabang, Banda Aceh dan beberapa wilayah Aceh lain, hingga seluruh pelosok daerah di Sumatera, seperti Pekanbaru dan Jakarta.
Koran ekonomi ini, terakhir dibandrol Rp2.500.Koran full colour (berwarna) dengan kualitas kertas yang bagus, menjadikannya berkelas, meski dijual dengan harga murah berbanding koran umum lokal lainnya yang tampil dalam halaman hitam putih.
Perhari, distribusi koran ini mencapai rata-rata 13.000 eksemplar, tertinggi 15.000 eksemplar.Tirasnya cukup tinggi untuk ukuran koran ekonomi lokal karena segmentasi pasar koran menyasar kalangan menengah atas. Seperti kalangan pengusaha, pelaku industri, ekonom, analis, konsultan, bankir, broker hingga profesional muda.
Penulis sebagai Jurnalis MedanBisnis
Pengalaman penulis, yang juga bekerja sebagai jurnalis di koran ini, sangat sulit sebenarnya jika mendapat tugas liputan, yang harus bersentuhan langsung ke masyarakat termasuk ke pelosok daerah terpencil di Sumut. Karena menyebut nama MedanBisnis, banyak masyarakat tidak mengetahuinya. Masyarakat justru familiar dengan nama itu seperti nama lembaga konsultan bisnis.
Saat media sosial atau dunia internet masih belum terlalu eksis seperti saat ini, sekitar tahun 2007 hingga 2009, penulis saat itu mendapat tugas meliput yang harus berurusan dengan masyarakat.Ya, ketika itu meliput aktifitas penertiban ternak kaki empat di Kota Medan.
Peraturan Wali Kota kala itu melarang semua hewan kaki empat diternakkan di kota metropolitan, Medan.Alhasil ketika itu, Dinas Peternakan dan Kelautan Kota Medan (kini Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Medan) fokus pertama menertibkan ternak babi.