Mohon tunggu...
Maskur Abdullah
Maskur Abdullah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Trainer

Jurnalis dan trainer, tinggal di Medan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kemarau Panjang Gayo Luwes, Kebakaran Mengancam Sere Wangi

31 Agustus 2018   11:35 Diperbarui: 31 Agustus 2018   12:01 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman sere wangi yang banyak tumbuh di Kabupaten Gayo Lues dan menjadi komoditi andalan. (Foto/Istimewa)

Sere wangi, atau dalam bahasa pertanian disebut cymbopogon nardus, salah satu tanaman jenis rumput berasal dari Asia tropis. Sere wangi merupakan sumber minyak esensial yang kemudian dikenal sebagai 'minyak sere wangi.' Di dunia kesehatan dan kecantikan, minyak sere wangi ini cukup dikenal dan memiliki nilai harga ekonomi tinggi.

Salah satu daerah penghasil sere wangi ini adalah Provinsi Aceh. Dan di Aceh, Kabupaten Gayo Lues menjadi salah satu daerah penghasil sere wangi berkualitas, yang cukup dikenal di dunia internasional. Tidak heran bila ada beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) asing yang kemudian tertarik untuk membina para petani sere wangi agar bisa menghasilkan/memproduksi produk sere wangi berkualitas.

Namun beberapa bulan terakhir ini, budiaya tanaman sere wangi sepertinya mulai terancam. Kemarau panjang yang melanda Kabupaten Gayo Lues, telah menyebabkan terjadinya rawan kebakaran terhadap lahan kebun milik warga dan areal hutan di kabupaten tersebut. Areal kebun itu termasuk tanaman sere wangi, yang memang akan menjadi rawan terbakar, karena selain daunnya mudah mengering, juga karena mengandung minyak.

Untuk itu Bupati Amru mengimbau kepada warganya agar menjauhi setiap aktifitas yang dapat memicu kebakaran kebun dan hutan. Misalnya tidak sembarang membakar sampah, tidak membuang puntung rokok sembarangan atau aktifitas lain yang dapat memicu kobaran api.

Bupati Gayo Lues, H.Muhammad Amru, mengimbau warganya untuk menghindari aktifitas yang dapat memicu bahaya kebakaran. (Foto/Istimewa)
Bupati Gayo Lues, H.Muhammad Amru, mengimbau warganya untuk menghindari aktifitas yang dapat memicu bahaya kebakaran. (Foto/Istimewa)
Bupati Gayo Lues, H.Muhammad Amru mengatakan, Jumat (31/8/2018),  dilema kemarau panjang yang terjadi  di Gayo Lues, adalah bahaya kebakaran, baik kebakaran rumah, kebun mau  pun kebakaran hutan.  Bahkan, di Desa Gele, Kecamatan Blangkejeren, pertengan bulan lalu, sedikitnya empat hektar lahan kebun masyarakat terbakar di dusun Kemucut, dan di antaranya adalah tanaman sere wangi.

Menurut mantan jurnalis ini, selama kemarau panjang, pohon dan daun-daun sudah mulai layu dan  kering, sehingga mudah terbakar. Selain itu, terkadang ada saja warga yang bertindak  semberono, dengan membakar sampah di kebunnya, yang kemudian memicu  kebakaran areal kebun dan hutan yang ada di sekitarnya.

Tanaman sere wangi yang banyak tumbuh di Kabupaten Gayo Lues dan menjadi komoditi andalan. (Foto/Istimewa)
Tanaman sere wangi yang banyak tumbuh di Kabupaten Gayo Lues dan menjadi komoditi andalan. (Foto/Istimewa)
"Tak jarang areal  kebun sere wangi pun ikut terbakar, begitu juga tanaman kebun lain dan  hutan di sekitar. Sekali lagi saya mengimbau untuk menghindari aktifitas  apa pun yang dapat memicu kebakaran kebun dan hutan," kata Muhamamd  Amru.

Melaksanakan Sholat Istiqah

Sementara itu, bupati juga mengimbau masyarakat untuk melaksanakan sholat istiqah, sholat meminta hujan. Jumat pagi tadi, memang dikabarkan kabupaten ini telah diguyur hujan.

"Kita sudah melakukan sholat istiqah secara bersama sama. Kita serukan warga juga di desa-desa melakukan hal yang sama, meminta pertolongan Allah SWT untuk menurunkan hujan," kata Bupati Gayo Lues, H.Muhammad Amru, kepada penulis, Jumat pagi tadi (31/8/2018).

"Beberapa menit lalu saya mendapat informasi, telah turun hujan di Gayo Lues, Alhamdulillah. Tapi saya tidak melihatnya langsung, karena saat ini sedang berada di luar daerah," lanjut Amru melalui pesan WhatsApp. (***)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun