Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Undangan Miss Tami Zen, Membuat Putri Biyankun Ming Merajuk

30 Mei 2016   02:45 Diperbarui: 30 Mei 2016   02:53 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Haruskah Kakanda tindak lanjuti dengan kunjungan, undangan bisnis Miss Tami Zen itu ?", sergah Putri Biyankun Ming kepada Ki Difangir.

"Begini Dinda. Selain tawaran menarik dari produk kelompok Miss Tami Zen, mereka juga berjanji akan melakukan investasi di berbagai bidang, termasuk infrastruktur. Kerajaan kan butuh dana segar, bukan saja dari masyarakat, tetapi juga dari investor asing. Hal itu bukan suatu hal yang tabu, kan Dinda Biyan ?", imut Ki Difangir menjelaskan pada Putri Biyankun Ming, atas rencananya melakukan kunjungan ke Jepang.

"Tapi Kanda, produk itu kan tidak akan menyelesaikan masalah yang dihadapi bangsa. Masalah eforia penyakit masalah sosial kok solusinya impor produk ? Tidak efektif. Tidak efisien. Tidak tepat sasaran. Tidak logis. Tidak komprehensif. Tidak integral. Tidak agamis. Janji investasi, itu harus dicermati, Kakanda. Sudah menjadi rahasia kalau, suatu penawaran produk yang manfaatnya di luar akal sehat, biasanya diselimuti dengan janji-janji. Investasi yang dijanjikan, bisa jadi adalah kamuflase, atau trik pemasaran. Kanda harus waspada. Atau sebenarnya Kanda hanya ingin jalan-jalan saja, ke Jepang. Begitu Kanda ?", gelontor Putri Biyan kepada Ki Difangir.

"Emmmm .... begini Dinda Biyan", Ki Difangir tergagap dan mencoba diam sejenak, untuk buying time, sambil mencari reasoning yang availabel.

"Dinda Biyan. Saat ini Kerajaan perlu membuka pintu kepada pihak luar. Supaya kita masih diakui hidup bersama dengan dunia. Ingat, Kerajaan Matraman Raya ini dulu sangat disegani oleh kerajaan dan negara tetangga dan kalangan dunia. Namun karena situasi dan kondisi yang sama sekali tidak kita inginkan bersama, sekarang Kerajaan sedang mengalami kemerosotan pendapatan. Banyak belanja yang harus dikeluarkan tetapi tidak mendorong ekonomi tumbuh. Fasilitas infrastruktur bahkan boleh dikatakan hanya tambal sulam. Padahal itu semua dapat menjadi motor penggerak ekonomi", seru Ki Difangir mantab.

"Situasi ini, seperti adanya eforia pergaulan bebas, kan bukan sudah mendunia. Para cerdik cendekia, tokoh agama, dan para pemerhati bangsa sudah sering membicarakannya, di seminar, sosialisasi program, workshop, talkshow, sampai lombaPK, masih juga muncul aroma aroma di balik kelambu. Untuk itu, Kakanda melihat, tawaran produk dari Jepang, yang disampaikan Miss Tami Zen ini menarik. Barangkali pola pikir masyarakat dapat berubah dengan pemakain produk ini. Minimal untuk kalangan individu, khususnya dalam mengeksplor curahan motivasi individu-individu."

"Itu salah besar Kakanda. Benar kekuatan jiwa dapat menjadi dorongan luar biasa untuk munculnya kreativitas sdm. Kompetensi akan menjadikan individu unggul, yang pada gilirannya dapat mendorong produktivitas bangsa, yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan. Tetapi bukan dengan memberi alat untuk pemuas dahaga individu, hanya dengan logika sempit, supaya tidak menyebar, mengganggu masyarakat luas. Dan karena itu semua, Kanda ingin memenuhi undangan Miss Tami Zen, melakukan kunjungan ke Jepang. Itu bullshit Kanda."

"Dinda Biyan, mohon ijin Kakanda akan mencari Adhieyasa Adhieyasa. Sesuai dengan janji Ayahanda Paduka Raja Armanda. Kakanda harus menyerahkan tahta Kerajaan Matraman Raya, kepada Putra Mahkota, Pangeran Pati Kerajaan Matraman Raya, Adhieyasa Adhieyasa."

"Dinda Biyan, mohon pamit Kanda", emosi Putri Biyan, tak tertahankan, ditinggalkannya Ki Difangir di istana. Putri Biyan akan mencari info dari Permaisuri Mingset, di mana keberadaan putra tunggalnya, Setrum 35000 megawatt, Adhieyasa Adhieyasa.

Ki Difangir terdiam membisu. Kata-kata Putri Biyan, ada betulnya. Tetapi masalah tahta dan Pangeran Mahkota. Ki Difangir, masih ingat sabda Raja Armanda sebelum tahta kerajaan Matraman Raya diserahkan kepada Ki Difangir. Raja Armanda percaya bahwa Permaisuri Mingset yang akan mencari Adhieyasa Adhieyasa. Sementara kemarin Ki Difangir sempat melihat Permaisuri Ming, berada dalam satu mobil, bersama seorang gadis. Ya. Seorang gadis. Putri Raisani, namanya. Putri Raisani, mengapa Ki Difangir tidak menghentikan saja mobil mereka dengan ajian angin sepoi-sepoi. Sehingga Ki Difangir bisa kenal lebih dekat dengan Putri Raisani, apalagi mereka satu mobil dengan Putri Ming. Tentu mereka, Putri Raisani dengan Permaisuri Ming, kenal. Akan sangat mudah bagi seorang raja, seperti dirinya, untuk mendapatkan Putri Raisani.  Waduh ini Dinda Biyan kabur dari istana, bagaimana kunjungan ke Jepang nanti ? Masak Raja Kerajaan Matraman Raya berkunjung tanpa didampingi istri. Ah. Biar saja. Kunjungan ini punya arti penting bagi Kerajaan. Paling tidak Ki Difangir tidak akan disuguhi, surat-surat yang menggunung di meja.

+++++++

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun