September sering dimaknai dengan harapan. Pada wilayah wilayah yang mengalami dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan, maka bulan september merupakan bulan awal awal musim penghujan. Bulan September dianggap bulan penuh harapan karena setelah cukup lama sejak dari bulan april sampai bulan agustus pada umumnya mengalami musim kemarau. Jadi tidak salah kalau kemudian muncul cita yang bahagia mengenai September, seperti september ceria misalnya.
Namun arti kata september sendiri sebetulnya lebih dekat kepada kata sapta, yang berarti tujuh. Loh!
Kalender Tiongkok dan Kalender India membuktikan bahwa sebetulnya bulan september adalah bulan ke tujuh. Bagi anda yang masih ingat tahun baru Tiongkok, maka tahun baru tiongkok selalu terjadi pada bulan maret. Begitu juga kalender saka di india. Hal itu menunjukkan bahwa bulan September adalah bulan ke tujuh, sesuai dengan arti kata sepetember yaitu tujuh. Romansa September memang cocok untuk Indonesia dan Ausie yang akan mengalami musim semi. Tapi di eropa juga masih ada udara segar.Â
Lalu mengapa tahun baru Masehi jatuh pada bulan Januari, bukan pada bulan Maret ?
Sebetulnya tahun baru pada kalender Julian juga dimulai pada bulan Maret. Sehingga bulan September itu merupakan bulan ke tujuh.
Tahun baru pada kalender yang disusun berdasarkan kalender matahari, menjadikan equinoks sebagai titik awal musim semi, atau awal tahun. Jauh lebih besar dari pada bulan september yang sering dinyanyikan denagn september ceria. Maka Maret di belahan bumi utara, tempat bermukim banyak orang yang merasa berpengaruh di dunia, merupakan bulan munculnya titik awal musim semi. Musim di mana segala macam harapan mulai timbul. Musim setelah beberapa bulan semua tumbuhan gugur karena udara dingin yang melanda permukaan bumi. Bagi yang sudah sering mengalami musim semi, maka musim tersebut nampak begitu indah. Bunga bunga mulai mekar dan tentu saja bersemi. Tidak ada keindahan dunia ini yang dapat mengalahkan keindahan musim semi.
Mareta adalah bulan munculnya equinoks. Bulan yang menandai akan munculnya musim semi. Sehingga Bulan Maret dijadikan awal bulan pada kalender Matahari, seperti halnya kalender saka dan kalender tiongkok, juga kalender Julian.
Namun karena satu dan lain hal, yang tidak rasional, kalender Masehi yang kita kenal sekarang menjadikan bulan Januari sebagai awal tahun.
Kita tidak perlu berdebat panjang masalah ini. Karena memang terbukti kalender Masehi itu sungguh tidak rasional. Lihat saja jumlah hari pada bulan bulan kalender Masehi, itu sungguh sungguh tidak rasional. Ada bulan yang jumlahnya hanya 28 hari, ada yang 29 hari ada yang 30 hari bahkan ada yang 31 hari. Kemudian kalau kita rasionalkan bahwa bulan setelah bulan yang jumlahnya 30 hari akan berjumlah 31 hari, juga tidak rasional lagi.
Misal setelah bulan januari yang jumlah harinya 31, maka Februari 28. Bulan Agustus yang setelah bulan Juli yang jumlahnya harinya 31, jumlah harinya 31 juga. Mengapa jumlah hari pada bulan bulan kalender Masehi tidak rasional.
Karena jumlah hari pada bulan bulan kalender Masehi sangat tergantung pada penguasa waktu itu. Ketika Julius Caesar berkuasa atas muka bumi, jumlah hari pada bulan Juli 31. Namun begitu kaisar August berkuasa, dia tidak mau kalah, bulan Agustus harus juga jumlahnya 31 hari. Yang kasihan bulan Pebruari. Karena belum ada kaisar Peb. Yang ada baru Prof Peb. Ya nasiblah, jumlah harinya dikurangi terus.