Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para pemerhati lingkungan, namun kalau peluang untuk melakukan reklamasi pantai itu dapat dapat berjalan dengan meminimalkan dampak lingkungan, maka reklamasi pantai dapat mengoptimalkan SDA SDM dan SDB untuk kemajuan bersama. Namun kalau upaya rekayasa mewujudkan perubahan situasi dan kondisi alam, seperti reklamasi pantai dilakukan hanya untuk mengejar pembangunan semata.
Lalu dengan serta merta menabrak banyak aturan, akan berdampak buruk. Bukan saja dampak buruk itu akan muncul bagi paradigma pembangunan tetapi juga terhadap “niat baik” bagi para pemangku kepentingan, masih bagus kalau tidak ada indikasi “niat jahat” pada pelaksanaan reklamasi pantai.
Suatu hari ketika sempat mendapat fasilitas berkunjung ke negeri Sakura, setelah diajak menikmati makan siang ala Jepang dengan sajain menu-menu segar tanpa bumbu, terkadang hanya ada kecap, tetapi luar biasa nikmatnya. Konon yang teringat, Jepang sangat teliti dan tegas dalam menerima bahan-bahan ikan segar dan menjaga supaya tetap hygienes. Bagi pemasuk yang mencoba untuk memasukan ikan segar yang tidak hygienes tidak akan dilayani lagi. Konsumen boleh bernafas lega dan merasa nyaman untuk mengkonsumsi makanan makanan segar itu. Tapi postingan ini, tidak akan membicarakan banyak mengenai hal itu.
Dalam bangunan bertikat puluhan itu, kami ditunjukkan dari jendela kaca, kawasan pantai yang sudah berubah menjadi kawasan indsutri UKM. Bukan hanya kawasan industri UKMnya yang membuat kami terkejut, karena kami pada kesempatan lain, pernah diajak mengunjungi salah satu industri UKM di kawasan itu, bahkan sempat berbincang kepada salah satu peserta magang dari Indonesia di sana. Tetapi kami terkejut, kalau mendapatkan penjelasan, bahwa itulah kawasan reklamasi pantai yang dipresentasikan kepada kami sesi sebelum makan siang tersebut. Kawasan itu dulu masih laut. Namun sekarang sudah menjadi daratan bahkan merupakan kawasan maju, karena di kawasan itu, dilakukan kegiatan reklamasi pantai.
Memang yang paling menyakitkan adalah pelaksanaan reklamasi pantai di negara tetangga. Keberhasilan reklamasi pantai di negara jiran, yang memajukan negaranya, bahkan banyak pula orang kita yang berkunjung ke sana, ternyata berdampak pada wilayah kita. Banyak pasir dikeruk menjadi daratan di negeri jiran. Kalau saja ada pulau yang tenggelam, memang akan menjadi berita yang panas, bagaikan petir menyambar. Wilayah kita makin berkurang, wilayah negeri jiran makin bertambah. Namun itulah salah satu contoh bagaimana dengan kegiatan reklamasi pantai, suatu daerah atau wilayah dapat dikembangkan secara optimal.
Nah permaslahannya adalah reklamasi pantai untuk tujuan mengembangkan wilayah secara optimal itu tidak menabrak aturan itu saja. Kalau kemudian pelaksanaan reklamasi pantai sampai mengorbankan lingkungan, harus dicarikan solusi terbaik, secara komprehensif, integral dan berkesinambungan. Identifikasi kerugian masyarakat, ubah itu menjadi cost dalam jangka panjang, bukan hanya ganti rugi sepihak yang tidak pernah membuat untung. Namanya juga ganti rugi, walaupun sudah diganti, yang menerima ganti rugi, ya tetap rugi.
Nah, itu semua harus masuk dalam rancangan biaya secara jangka panjang, bukan sekali hentak, atau bahkan main tabrak. Karena mereka yang harus menerima ganti rugi biasanya rakyat kecil. Benefit yang muncul sudah jelas akan besar, namanya juga reklamasi pantai, kalau dibangun hanya untuk merugi, untuk apa. Analisa BCR jangka panjang harus menjadi pertimbangan utama.
Kalau hal itu tidak dilakukan, jangan bangga kalau dapat membangun di bumi ini. Salah salah pembangunan yang dilaksanakan itu justru sebetulnya menimbulkan kerusakan. Bagi yang akan melakukan kegiatan reklamasi pantai, camkan hal ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H