Bukan suatu hal yang aneh, kalau banyak orang prihatin dengan Pep. Meskipun masih menguasai Bundesliga, namun prestasi Pep Bayern, tidaklah segemilang ketika Pep memanage Barca. Padahal Bayern punya ekspetasi besar, membawa Pep ke Bundesliga. dengan tenang dan secara perlahan tapi pasti, seperti gaya mas Sarwo Prasojo bertutur kata dalam postingan-postingannya, dengan tujuan akhir nendang, begitulah Pep menangani Bayern.
Gebrakan pertama Pep, membuat saya terharu! Ketika pada awal-awal masuk Bayern, Pep langsung berhadapan dengan Mourinho. Pertandingan seru indah dan mendebarkan disajikan oleh ke dua Tim Besar di Eropa. Bayern mewakili Juara Liga Champion yang pelatihnya mundur dan digantikan Pep, sementara Mourinho juga baru saja mendapat kepercayaan menangani Chelsea, sebagai Juara Liga Eropa.
Dus duel dua pelatih beda aliran ini tak terelakkan. Piala Super Eropa meneguhkan kekuatan Bayern di Eropa, setelah memenangkan duel secara dramatis atas Chelsea. Namun di balik moment besar kemenangan Bayern tersebut, sesungguhnya memunculkan persaingan tanpa henti antara Pep dan Mou, yang pernah menggetarkan publik sepakbola eropa umumnya, spanyol khususnya. Persaingan dua manajer sepakbola dengan strategi beda!
Sebelum munculnya Mou di jagad sepakbola Spanyol, dengan memanage Real Madrid, Pep sudah terlebih dulu sukses membawa Barca menjulang di Spanyol maupun Eropa. Keberhasilan Pep membuat dunia melirik, bagaimana sebaiknya bermain bola yang indah. Penguasaan bola yang tentu harus diimbangi oleh skils pemain yang tinggi, sangat dituntut untuk bermain bola ala Pep Guardiola.
Permainan sepakbola indah, strategi menyerang, dan penguasaan bola, mampu membius dan menjadi panutan bagi banyak pelatih bola di dunia. Sampai-sampai berani meniru taktik strategi tapi tanpa memperhitungkan kompetensi pemain, yah, banyak kecolongan gol. Di situlah Mourinho masuk. Mourinho mempunyai prinsip berbeda dengan Pep Guardiola dalam mengolah bola.
Mourinho lebih mengandalkan strategi pragmatis. Bagi Mou tidak penting banyak menguasai bola, sangat berbeda antara Mou dengan Pep. Memasukkan gol dan menang adalah tujuan utama dalam pertandingan bola. Bagaimana meramu, meracik strategi perang menghadapi lawan supaya dapat memasukkan bola dan memenangkan pertandingan, itu kunci utama. Masalah harus parkir bus dengan pemain-pemain berbakat, pemain-pemain dengan naluri menyerang, itu adalah kebijakan pelatih, pemain harus ikut, tanpa reserve.
Kalau ingin memenangkan pertandingan, di samping berusaha mencetak gol, maka bertahan dengan rapat merupakan keharusan. Pada saat lawan sudah kelelahan dan lengah, itu merupakan peluang untuk melancarkan serangan mematikan. Gol dan kemenangan akan menjadi buah bibir. Tidak perlu mengubris komentar miring pola parkir bus. Itu hanya taktik dan strategi bermain.Â
Pep pertama kali kena batunya dengan strategi Mou, ketika harus mengakui gagal membawa Barca lolos ke liga Champions karena tidak mampu mengalahkan Inter yang ditukangi Mou. Keberhasilan Mou mengatasi Barca yang masih di bawah kendali Pep, berlanjut dengan mati kutunya Chelsea diatasi Inter Milan waktu itu. Terakhir Mou mampu menahbiskan Inter menjadi Juara Liga Champion dengan menghempaskan Bayern, yang dikomando Van Gaal. Kemampuan Mou meracik sebuah tim, menerapkan strategi pragmatis dalam bermain bola, membuat Chelsea merajai EPL, sebelum terpuruk pada kondisi saat ini. Sementara Van Gaal belum juga mantap dalam meramu MU. Mou jelas sekali merupakan salah satu pelatih besar. Tentu saja Pep salah satunya.
Pertarungan ide dan gagasan bagaimana bermain sepakbola antara Pep dan Mou berlangsung seru di Spanyol. Mou walaupun tidak mampu membawa Madrid menggapai La Decima, namun tidak pelak lagi, mampu menghentikan dominasi Pep, bukan hanya di Spanyol tetapi juga di Eropa. Barangkali pandangan Mou sulit dilepaskan dari gerak gerik Pep. Kemapuan Mou membaca pola permainan lawan, merupakan salah satu kekuatan Mou, yang jarang dimiliki pelatih lain.
Bagaimana, ke mana, ngapain Pep, mungkin sudah menjadi sasaran tusuk belati Mou, untuk dapat mengatasi. Ketika terbetik kabar Pep menandatangani kontrak untuk menagani Bayern, yang saat itu ditinggal pelatihnya mengundurkan diri, setelah Bayern menjuarai Liga Champion, tanpa basi-basi Mou bikin sensasi masuk ke Chelsea, yang baru saja menggondol juara Eropa. Tak pelak lagi, Mou mau menghujam Pep di Piala Super. Persaingan Pep dan Mou, sungguh sangat mendebarkan para penggemar bola, termasuk emjeka tentunya.
Keberhasilan Pep menorehkan prestasi Bayern di Bundesliga, setelah di awal-awal kariernya di Bayern, mampu memboyong Piala Super, boleh diacungi jempol. Namun kekecewaan para pengggemar bola, karena belum juga Pep, dapat mendorong Bayern sukses di Liga Champion, membuat catatan emas Pep, di Bayern kurang terang. Kondisi Chelsea yang terpuruk di bawah Mou saat ini, kemenangan membawa klub menjuarai Liga Champion yang tidak membawa jaminan kesuksesan berlanjut.