Hukum Sendal Tidak Akan Hilang di Masjid Nabawi Madinah Masih Berlaku!
Kalau di jaman kuno pada saat Ratu Shima berkuasa di sekitar Merapi pada jaman Mataram Kuno dahulu terdapat hukum bahwa barang yang berada di suatu tempat tertentu tertinggal oleh pemiliknya tidak akan hilang, maka pernah ada hukum bahwa sandal tidak akan hilang di Masjid Nabawi Madinah. Sepuluh tahun lalu, bahkan bukan hanya sandal, tetapi bahkan sajadah yang tiba-tiba tidak berada di bahu lagi, ketika asyik berebut untuk membeli bakso si Doel di Madinah. Setelah makan bakso bersama istri dan kembali ke hotel baru teringat kalau sajadah yang tadi disampirkan ke bahu tidak ada lagi. Kemudian saya coba menuju ke Warung bakso si Doel di dekat masjid Nabawi kebetulan pula hotel tempat kami menginap satu blok jaraknya dengan Warung Bakso Si Doel dan dua blok dari Masjid Nabawi. Begitu ke luar dari lobby hotel, masjid Nabawi langsung kelihatan di depan mata, ada pintu sangat besar si sana, ternyata pintu nomor 22, 21 dan 20. Belok ke kiri sedikit di belakang hotel ada taman dan Warung Bakso si Doel, banyak sekali pengunjung yang antri beli bakso si Doel, waktu itu masih 5 real. Di antara jemaah yang lalu lalang, saya mencoba mencari sajadah saya, tidak lama kemudian sajadah saya nampak ada di lantai dan tidak ada bekas injakan kaki. Alhamdulillah, kemudian saya berkeyakinan bahwa tidak akan ada barang atau sandal yang hilang di Masjid Nabawi Madinah.
Ketika ada info dari kawan sekamar kalau sandalnya hilang, saya bertanya apakah sudah dicari ke tempat sandal itu disimpan ? Teman saya semkamar hanya bilang kalau, dia sudah lupa di mana menaruh sandalnya. dia pun bilang, nggak apa-apa, kan hanya sebuah sandal, yang dapat dibelinya lagi. Kawan lain yang kebetulan berangkatnya sama, juga mengatakan mungkin sandal itu masih ada, waktu itu teman yang sama-sama berangkat ke masjid dengan teman yang sandalnya hilang, sepertinya masih melihat sandal itu di tempatnya, dan sengaja tidak mengambil, karena berpikir akan diambil yang punya. Namun ternyata karena yang punya sandal beruntung dapat masuk ke Rauda, hanya saja pada saat pulang, lupa di mana menaruh sandalnya, sehingga dia menganggap sandalnya hilang. Berulang kali saya menganjurkan untuk mencoba mencari sandal itu, namun nampaknya si empunya merasa tidak perlu. Apakah sandal teman saya se kamar hilang di Masjid Nabawi dan hukum sandal tidak akan hilang di Masjid Nabawi masih berlaku Â
Pada saat lain, teman yang melihat sandal di tempat menaruh sandal kawan yang sandalnya hilang, tetapi sengaja tidak mengambil, karena berpikir bahwa si empunya sandal nanti akan mengambilnya sendiri, ternyata juga kehilangan sandalnya. Kembali, saya ingatkan, untuk mencoba mencari tempat sandal tadi diletakkan, bisa saja sandal tadi kembali lagi ke tempat semula. Namun si empunya sandal merasa tidak perlu melakukan hal itu, sehingga tidak etis kalau saya terus menerus mengingatkan untuk kembali mencari sandal itu ditempat dia meletakkan sandalnya. Eh kemarin siang justru sandal saya yang tiba-tiba tidak ada di tempat saya meletakkannya di dalam masjid. Memang sandal itu sudah di bungkus plastik yang disediakan di masjid Nabawi, sehingga kalau dibawa masuk ke dalam masjid dan diletakkan di tempat penyimpanan sandal yang disediakan di rak-rak, baik di dinding dekat pintu masuk atau di setiap tiang masjid, atau di tepi-tepi dinding pembatas jemaah laki-laki dan perempuan. Saya termenung melihat plastik tempat saya membungkus sandal yang saya letakkan di penyimpanan sandal yang tentu saya masih ingat, karena hanya berjarak 3 orang sholat dari tempat saya sholat, tidak ada lagi di tempatnya. Saya sempat berpikir, apakah ada yang mengincar sandal saya ? atau karena karena saya telah emosi menegur petugas kloter karena menitipkan orang kepada si Sulung Ganteng ? Hal itu sempat saya katakan kepada Si Sulung Ganteng, namun dia justru menyarankan saya menuju ke sudut ruangan, siapa tahu sandal tersebut berada di situ. Tanpa sadar saya ikuti saran si Sulung Ganteng, walaupun saya juga berpikir, itu tidak mungkin terjadi, karena saya ingat betul, di mana saya menaruh sandal saya di Masjid Nabawi. Betul di sudut ruangan itu, memang ada sandal, tetapi bukan sandal saya.
Namun, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak kayaknya orang Arab, menaruh sandal saya di tempat saya menaruhnya tadi, kemudian dia membolak-balik sandal lain. Saya salami orang Arab tadi dan langsung mengambil sandal saya. Dalam perjalanan pulang saya panjang lebar saya katakan kepada Si Sulung, rusak masuk logika, kalau jemaah haji yang jauh-jauh datang ke tanah suci sampai mengambil sandal orang lain. Rugi sekali, dia. Kalau kebetulan salah mengambil sandal, begitu dikeluarkan dari plastik yang disediakan di Masjid Nabawi, pasti langsung kelihatan kalau itu bukan sandal miliknya. Jiwa dan hatinya akan mengatakan sandal itu akan dicari pemiliknya, sayang kalau dalam menjalankan ibadah haji, dikotori dengan hanya mengambil sandal orang lain. Bisa jadi hal itu yang membuat orang Arab tadi juga mengembalikan sandal saya yang tanpa sengaja atau bahkan sandal dia lebih bagus dari sandal saya, pastinya, hehe. Namun satu hal yang masih menjadi pegangan adalah masih berlakunya hukum sandal tidak akan hilang di Masjid Nabawi, walaupun jemaahnya ribuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H