Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Geger Sidang Paripurna di Kerajaan Matraman Raya

19 April 2016   04:53 Diperbarui: 14 Mei 2016   04:05 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hamba menghadap untuk memenuhi panggilan tugas Paduka, Ayahanda Prabu”

“Ananda, Putri Biyankun Ming. Ayahanda bangga dengan kemampuan ananda Putri Biyankun Ming yang dapat melaksanakan tugas kerajaan. Tugas menjaga marwah Kerajaan Matraman Raya”, seru Raja Armanda.

“Untuk itu, Ananda Putri Biyankun Ming akan Ayahanda berikan hadiah sebagai penghargaaan Ayahanda Prabu kepada Ananda Putri Biyankun Ming. Ananda Putri Biyankun Ming, Ayahanda Prabu berikan kebebasan memilih untuk tetap menguasai walayah Hongkong atau Ananda Putri Biyankun Ming ingin tetap bersama Ayahanda Prabu di Kerajaan Matraman Raya.”

“Karena Ananda Putri Biyankun Ming sudah melaksanakan tugas, Ayahanda minta Putri Biyankun Ming segera bergabung di dekat Permaisuri Mingset dan Bunda Fitri.”

Mendengar perintah Raja Armanda, Putri Biyankun Ming yang masih menggendong bayi ajaib Setrum 35000 megawatt, Adhieyasa Adhieyasa beringsut meninggalkan Ki Difangir yang masih cengar cengir berdiri menghadap Raja Armanda, sambil menahan diri untuk tidak bicara, tidak mengeluarkan ajian angin, sesuai dengan janji yang telah diucapkannya kepada Putri Biyankun Ming, serta tunduk dan patuh kepada perintah Raja Armanda. Menurut Putri Biyankun Ming, bagaimana pun juga Ki Difangir sekarang adalah menantu dari Raja Armanda, Raja di Raja Kerajaan Matraman Raya. Namun tiba-tiba Putri Biyankun Ming menghentikan langkahnya menuju tempat Putri Mingset dan Ibundanya Bunda Fitri, karena mendengar suara Raja Armanda yang sangat keras terhadap Ki Difangir.  

“Ayahanda Prabu akan mengambil keputusan besar menyangkut tawanan Ananda Putri Biyankun Ming, Ki Difangir yang telah melakukan pembangkangan terhadap Kerajaan Matraman Raya.”

“Ayah!”, tak tahan Putri Biyankun Ming mendengar Raja Armanda mengatakan bahwa Ki Difangir, suaminya, ayah dari bayi ajaib, Setrum 35000 megawatt disebut sebagai tawanan oleh Ayahanda Prabu, Raja Armanda, sehingga Putri Biyankun Ming berteriak seperti kalau sedang ngobrol atau menerima telepon ketika masih di Hongkong. Putri Biyankun Ming lupa, kalau sedang berada di sidang paripurna Kerajaaan Matraman Raya.

“Ayah. Ki Difangir itu suami Ananda Putri Biyankun Ming. Ayah dari cucunda Ayahanda, bayi ajaib, Setrum 35000 megawatt Adhieyasa Adhiyasa. Mengapa Ayahanda masih juga sebut sebagai pelaku pembangkangan terhadap Kerajaan Matraman Raya.”

“Bukankah Ki Difangir sudah menyampaikan tawaran kepada Ayahanda, melalui informasi yang Ananda sampaikan kepada Ayahanda. Mengapa Ayahanda Prabu tidak mempertimbangkan tawaran Ki Difangir tersebut. Ananda berharap Ayahanda dapat bersikap bijaksana dalam hal ini. Ananda sudah menjalankan tugas Ananda sesuai dengan perintah Ayahanda, membawa Ki Difangir ke Kerajaan Matraman Raya. Mengapa Ayahanda masih menganggap Ki Difangir itu melakukan pembangkangan terhadap Kerajaan Matraman Raya. Ananda Putri Biyankun Ming gagal paham terhadap kebijaksanaan Ayahanda Prabu mengenai hal ini.”

Suasana berubah hening, ketika Putri Biyankun Ming mengutarakan pendapatnya, yang pada aturan persidangan di sidang paripurna Kerajaan Matraman Raya biasanya hanya berlaku sepihak. Patuh dan tunduk kepada perintah Raja Armanda, kecuali diminta langsung oleh Sang Prabu Raja Armanda Raja Kerajaan Matraman Raya, baru boleh seseorang menyatakan pendapatnya. Ini tadi baru saja, Putri Biyankun Ming mendapatkan hadiah sebagai penghargaan atas jasa-jasa Putri Biyankun Ming berhasil melaksanakan tugas dari Raja Armanda. 

Sang Prabu, juga baru saja akan memutuskan tawanan Kerajaan Matraman Raya, tiba-tiba Putri Biyankun Ming sudah mengeluarkan pendapatnya, tanpa diminta. Raja Armanda menatap tajam Putri Biyankun Ming tanpa bersuara. Suasana sidang paripurna Kerajaan Matraman Raya berubah mencekam, karena hal itu. Apakah Raja Armanda akan marah besar kepada Putri Biyankun Ming, putri kesayangan Raja Armanda, putri satu-satunya pewaris tahta Kerajaan Matraman Raya, tetapi kini berani memberikan pandangan yang berbeda terhadap kebijakan Raja Armanda. Ataukah Raja Armanda sedang memberikan perhatian atas saran yang disampaikan Putri Biyankun Ming. Permaisuri Mingset, Bunda Fitri, apalagi Ki Difangir masih diam membisu melihat suasana yang tidak menentu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun