Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Faktor Determinasi Mega Surut

20 September 2016   22:14 Diperbarui: 20 September 2016   22:24 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Faktor Determinasi Mega Surut

PDIP memang banyak memenangkan pertarungan di berbagai pilkada di wilayah Indonesia. Pada Pilkada Tahun 2017 ini, PDIP bahkan yakin dapat memenangkan seluruh calon yang akan diusungnya. Termasuk tentunya pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI, yaitu Ahok dan Jarot. Meskipun menimbulkan kontroversi antara kubu yang mengusung Ahok maupun kubu yang menentangnya, namun kultur di PDIP mampu meredam perbedaan pendapat tersebut, jika keputusan sudah diambil pimpinan partai. Di sini Mega memegang keputusan tertinggi partai. Apa pun dan siapa pun, mau berpendapat, jika Mega sudah mengambil keputusan maka, keputusan itu menjadi keputusan partai dan harus diikuti dan dipatuhi oleh seluruh jajaran partai maupun pendukung PDIP.

Prinsip ini sejajar dengan prinsip Islam, bahwa keputusan pimpinan tidak boleh diganggu gugat. Keputusan pimpinan harus dipatuhi dan dijalankan. Apa pun yang dilakukan oleh imam, makmum harus mengikuti.

Dalam kultur jawa juga berlaku Sabdo Pandito Ratu. Pandito ngendiko sepisan tan keno wola wali, Ratu ngendiko sepisan roto sak nagari. Kurang lebih, bahwa Pimpinan kalau bicara tidak boleh mencla mencle. Pimpinan bicara sekali, seluruh rakyat menjalankan dan mematuhi.

Baik prisnip Islam dan kultur jawa secara koheren menyatakan bahwa keputusan pimpinan mutlak harus dijalankan dan dipatuhi. Tindakan di luar itu atau ketidaksetujuan dapat dianggap pelanggaran.

Namun satu hal yang tidak boleh dilewatkan adalah bahwa dalam prinsip Islam keputusan yang diambil harus mengikuti kaedah hukum agama, tanpa mematuhi rambu rambu aturan dan hukum Illahi Robbi, keputusan pimpinan dapat dianggap cacat dan boleh digugat. Kalau di kalangan jawa hanya dikenal raja itu wakil Allah di muka bumi, yang harus dipatuhi, maka di sumatera dikenal Raja Adil Raja Disembah, Raja Lalim Raja disanggah.

Dalam kultur jawa, tidak dikenal Raja Lalim. Karena Raja dianggap wakil Allah di muka bumi. Maksum dijauhkan dari kesalahan. Raja berkuasa secara absolut.

Namun dalam kultur jawa, tersirat bahwa sabda Raja seharusnya merupakan Sabda Pandito atau Wakil Allah di muka bumi. Dengan kata lain, Keputusan pimpinan harus didahului oleh suatu proses pengambilan keputusan yang matang dan tidak ke luar dari koridor aturan aturan Illahi Robbi. Hanya suatu keputusan yang mengikuti koridor aturan aturan Illahi Robbi, yang dapat mempunyai pengaruh hingga Roto Sak Nagari.

Jika keputusan pimpinan tidak berdasarkan asas tersebut, maka akan timbul ketidakharmonisan di alam. Dalam kultur sumatera muncullah Raja Lalim Raja Disanggah.

Dalam prinsip Islam dan kultur jawa itulah dapat dipahami bahwa Mega sering bertindak hati-hati, tidak mau mengambil keputusan secara gegabah. Dalam proses pengambilan keputusan Mega yang relatif sering memakan waktu lama itulah, sehingga sering timbul Enigma Mega atau Teka Teki Mega.

Keputusan PDIP mengusung Ahok merupakan salah satu dari hasil Enigma Mega.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun