[caption caption="Pantai Trikora di Tanjung Pinang"][/caption]
Lima mengajak Adhieyasa untuk berbulan madu di Pantai Trikora. Pantai yang sangat indah. Airnya jernih, pantainya tidak bersampah. Merupakan pantai pada suatu teluk, yang di sebelah kanan dan kirinya terdapat bebatuan. Gelombang laut yang sangat rendah pada saat musim Timur, tentu akan berbeda pada saat musim barat. Pantai pasir putih dan airnya laut yang jernih, sehingga sangat aman dan nyaman untuk berenang di pantai tersebut. Lima dan Adhieyasa pun menikmati keindahan pantai Trikora  itu, dalam bulan madunya di Tanjung Pinang.
Namun tanpa disengaja Lima dan Adhieyasa bertemu dengan keluarga Pujangga Halim yang kebetulan sedang pula berlibur di Pantai Trikora, Tanjung Pinang. Pujangga Halim bersama Bunda Lilik serta Putri Raisani memang sedang menikmati juga keindahan pantai Trikora, namun juga dalam rangka mencari rahasia yang dialami Pujangga Halim ketika Pujangga Halim merasa bertemu dengan Adhieyasa dan seorang gadis manis bernama Lima. Pujangga Halim merasa bahwa Lima ingin mengatakan sesuatu yang sepertinya suatu rahasia besar yang akan disampaikan Lima kepada Pujangga Halim.
Ketika yang disebut Lima terakhir sebelum Lima menghilang adalah Tanjung Pinang. Pujangga Halim memutuskan untuk pergi ke Tanjung Pinang bersama Bunda Lilik dan Putri Raisani dalam rangka mengorek rahasia besar yang akan diberitahukan Lima kepada Pujangga Halim. Ketika pada suatu hari, yang sudah ditunggu-tunggu oleh Pujangga Halim itu tiba, karena Pujangga Halim harus beberapa kali pergi ke Pantai Trikora, tetapi tidak menemukan Lima juga Adhieyasa. Namun Pujangga Halim tidak putus asa. Semangat Pujangga Halim untuk dapat mendapatkan rahasia yang akan diberikan oleh si gadis manis, teman Adhieyasa sangat tinggi. Sehingga Pujangga Halim sudah bertekad untuk menunggu Adhieyasa dan Lima di pantai Trikora. Sementara Bunda Lilik dan Putri Raisani hanya mengikuti keinginanan Pujangga Halim tanpa reserve.
Ketika suatu hari Pujangga Halim melihat Adhieyasa sedang berjalan-jalan di pantai Trikora, secara spontan Pujangga Halim mendekati Adhieyasa. Karena Pujangga Halim merasa lebih kenal dengan Adhieyasa dari pada Lima.
"Adieyasa, ini paman Pujangga Halim. Masih ingat ?"
Adhieyasa agak bingung mendengar namanya dipanggil seseorang yang mengatakan diri orang itu, sebagai Pujangga Halim.
"Adhieyasa, ini isteri Paman Pujangga, namanya Bunda Lilik" seru Pujangga Halim sambil mengenalkan Bunda Lilik kepada Adhieyasa.
"Paman Pujangga Halim", seru Adhieyasa agak bingung. Namun karena untuk menjaga sopan santun, Adhieyasa kemudian juga mengenalkan Lima sebagai isterinya.Â
"Baik. Paman Pujangga Halim serta Bunda Lilik, kenalkan juga ini Lima isteri Adhieyasa."Â
Mendengar Adhieyasa sudah beristeri, maka Putri Raisani pun kemudian diam membisu, sepertinya Putri Raisani kecewa berat. Namun karena kemudian ayahandanya Pujangga Halim menggapainya dan mengajaknya berkenalan dengan Adhieyasa, maka Putri Raisani pun berusaha mendekat. Walaupun sebetulnya dalam hati Putri Raisani sangatlah enggan, bertemu dengan Adhieyasa. Padahal Putri Raisani pun setelah semakin dekat dengan Adhieyasa, bahkan semakin yakin bahwa Adhieyasa inilah, jodoh yang masuk ke dalam mimpi Raisani di Rupat. Namun ketika tadi Putri Raisani mendengar kata Lima untuk menyebut perempuan yang bersama Adhieyasa dan dikenalkan oleh Adhieyasa sebagai isterinya. Putri Raisani jadi bertanya-tanya, mengapa dirinya dulu dipanggil Lima oleh bapak kepala plontos, kawan Adhieyasa ini.