Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Golkar dan Prabowo Jangan Kecilkan Peluang RK Jadi Cawapres Ganjar!

17 September 2023   09:18 Diperbarui: 17 September 2023   09:33 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

RK tiba-tiba muncul dengan janji breaking news. Beda dengan Anies saat habis masa jabatan sebagai Gubernur DKI, yang lalu menyatakan kesiapan dirinya, kalau ada yang ingin mencalonkan sebagai Capres, maka RK hanya menyampaikan, pada hari perpisahan jabatan, kalau minggu depan akan ada breaking news. Kontan saja, spekulasi mengenai breaking news RK merebak.

Pada masa jelang Pilpres 2024 ini, hampir semua pemberitaan tentang tokoh penting, akan dihubungkan dengan Pilpres. Tetapi berita yang ditunggu dari RK tentu saja bukan berita RK akan menjadi Capres, karena sudah ada tiga Capres yang selalu muncul dalam pemberitaan. Ganjar dari Koalisi PDIP, Prabowo dari Koalisi Damarwulan, dan AMIN paslon Capres Cawapres KPP. 

Tentu saja spekulasi yang merebak adalah RK akan menjadi Cawapres. Karena AMIN sudah merupakan paslon Capres Cawapres, tentu saja tinggal Cawapres Koalisi PDIP dan Koalisi Damarwulan Prabowo saja, yang belum menentukan Cawapres. Dus, RK lalu dispekulasikan akan menjadi Cawapres dari Koalisi PDIP. Apalagi RK sudah bertemu dengan Mega.

Spekualsi yang muncul adalah RK dipandang sebagai tokoh yang mampu menambal kekurangan Ganjar di Jawa Barat. Mengambil RK sebagai personifikasi tokoh Sunda sebagai Cawapres, dapat mengingatkan peran besar Bung Karno saat berusaha menyatukan perbedaan Jawa Sunda yang sudah muncul jauh sejak jaman kerajaan, karena terjadi perang bubat. Bung Karno mampu mengambil hati orang-orang Jawa Barat dengan menemukan Marhenisme. Boleh jadi memilih RK sebagai Cawapres, dapat memanfaatkan buah manis Marhenisme Bung Karno dulu. 

RK yang juga sepertinya, tahu diri, kalau tidak pernah masuk dalam tokoh yang dipilih sebagai Capres, maka menjadi Cawapres yang representatif dan signifikan untuk kemenangan koalisi yang sudah terbentuk, adalah keputusan obyektif, rasional dan kuantitatif. 

Obyek karena harus diakui RK merupakan salah satu tokoh yang dapat dianggap sebagai aset nasional. Rasional, karena RK tahu diri bukan tokoh partai, yang dapat diperhitungkan menjadi Capres. Kuantitatif, karena RK merupakan Gubernur Kepala Daerah Jawa Barat, yang merupakan salah satu lumbung suara, yang dapat mempengaruhi kemenangan pada Pilpres. 

Dengan modal perhitungan obyektif, rasional dan kuantitatif tersebut, RK lalu mencoba membangun narasi obyektif dengan PDIP lewat rencana pembangunan Patung Sukarno di Kabupaten Bandung Barat. 

Hal itu dilakukan RK, mengingat pendekatan nuansa roamtisme suatu perjuangan dapat muncul dari simbol-simbol. Untuk menjalin komunikasi dengan PDIP, dalam hal ini Mega sebagai Ketum PDIP, maka simbol Sukarno merupakan simbol yang sangat tepat waktu dan tepat sasaran. 

Mega membutuhkan tokoh dari Jawa Barat di Pilpres untuk mengimbangi kemungkinan mencuatnya AMIN di Jawa Timur. Mega juga dapat melihat usaha merajut kembali lumbung suara Marhenisme, yang sangat potensial di Jawa Barat. RK adalah rising star di Jawa Barat. 

RK juga mempunyai rencana membangun patung Sukarno di Kecamatan Bandung Barat. RK dapat menjadi alternatif sebagai Cawapres bagi Koalisi PDIP. Dus, wajar kalau kemudian RK bertemu Mega dan dijanjikan sebagai Cawapres dari Koalisi PDIP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun