Kumbokarno Karno dan Sumantri Bersinergi
Kumbokarno tidur panjang. Walau Kumbokarno kecewa dengan keadaan, namun tidak ingin melawan kekuasaan. Padahal Kumbokarno adalah Satria Jujur Pembela Negara.
Kumbokarno dapat menjadi simbol right or wrong my country. Kumbokarno rela berkorban jiwa raga untuk membela negara.
Namun Kumbokarno sampai saat ini belum menganggap tragedi Wamena, sebagai ancaman bagi negara. Walaupun sudah banyak korban, dari masyarakat yang kebetulan berasal dari luar Wamena. Masyarakat Minang termasuk salah satu dari bagian besar masyarakat dari luar Wamena yang menjadi korban, disiksa, dibakar. Sungguh tragedi kemanusiaan yang sangat menusuk hati nurani telah terjadi di Wamena. Masyarakat luar Wamena saat ini hidup bagai pengungsi.
Namun Kumbokarno masih belum merasa perlu bangkit, walau sudah mulai terusik. Gerakan Kumbokarno memang sudah mulai terasa dengan bantuan yang mulai berdatangan dan bahkan sudah mulai melakukan evakuasi. Â
Namun itu semua belum cukup. Kumbokarno bangun! Jangan kau anggap tragedi ini hanya ilusi.
Anak bangsa memanggilmu di Wamena.
Karna merasa sedang menjalankan tugas. Karna selalu merasa harus mengikuti protap sebagai bagian dari pilihan hidup menepati janji kepada yang memberi rejeki. Bagi Karna dunia boleh runtuh tapi janji harus dipenuhi.
Siapa saja yang mencoba mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat secara fisik, harus dihalau. Tidak peduli beberapa besar jumlah, seberapa jauh kata yang diungkap, seberapa banyak korban yang jatuh. Itu bukan urusan Karna. Janji untuk setia, bagi Karna menjadi payung tindakan.
Sumantri ingin menjadi bagian yang menonjol di negeri ini. Siapa pun yang ingin menghalangi, mau kawan, mau saudara, harus disingkirkan. Bagi Sumantri menjadi orang terhornat merupakan pilihan.