Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lambaian Gondangdia Berlalu, Reklamasi Hentak Anies!

30 Juli 2019   14:22 Diperbarui: 30 Juli 2019   14:28 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertemuan elit-elit negeri ini, sering sulit diduga, baik tujuan,  esensi bahkan terjadinya. Bagai lakon misteri gunung merapi, Ratu gelap-gelapan seakan menaungi hampir di setiap gemuruh temu elit. Dampak buruk dari aroma ratu gelap-gelapan itu, menjadikan berita bumi yang bersifat menambah jika menyebar, semakin terbukti. Temu MRT tanpa konsesi, misalnya, disikapi berbeda antar pendukung. Di satu sisi sambutan yang begitu meriah muncul, karena temu MRT dianggap sebagai rekonsiliasi. Di pihak lain, ada yang kecewa, bahkan bisa jadi Prabowo lalu dianggap sebagai the Lost Hero.

Namun temu MRT tanpa konsesi tersebut bukan hanya membuat gusar barisan pendukung, bahkan juga sempat mengguncang kenyamanan elit-elit lain. Temu elit lain setelah temu MRT, seolah mengisyaratkan hal itu. Kompetisi ternyata tidak berhenti setelah Pilpres. Temu MRT seolah mendorong elit-elit untuk mengantisipasi masuknya gelombang kekuatan baru. Gondangdia menjadi satu episentrum antisipasif, walau pun elit-elit lain mempunyai gerbong yang lebih besar. 

Namun lagi-lagi suasana ratu gelap-gelapan selalu menyelimuti temu terang benderang. Baik pada saat beberapa elit berkumpul, yang disebut secara kebetulan, mau pun ketika tiba-tiba Anies juga muncul di Gondangdia. Padahal pada hari yang sama, ada temu nasi goreng di Teuku Umar. Temu nasi goreng yang sudah direncanakan, bukan secara kebetulan. Lambaian Gondangdia kepada Anies seakan mencoba menyelimuti gemuruh temu nasi goreng. 

Temu nasi goreng yang diyakini akan membahas masuknya gelombang kekuatan baru, ditepis dengan temu rame-rame dari pihak tuan rumah mau pun tamu terhormatnya. Suasana kekeluargaan dan meriah nampak menonjol pada temu nasi goreng. Meriah menunjukkan bahwa temu nasi goreng itu rame-rame diikuti oleh orang banyak, mustahil kalau pada temu nasi goreng membicarakan lanjutan rekonsiliasi untuk sharing kursi. 

Namun temu empat mata dari sejoli yang pernah berpasangan di Pilpres, tentu bukan temu nasi goreng biasa. Di lain pihak, pada saat yang sama, temu Gondangdia seolah ingin membuat episentrum baru, untuk antisipasi dinamika politik jangka panjang. Bukan lagi masalah temu secara kebetulan yang dimunculkan, namun bahkan secara terus terang dimunculkannya dukungan terhadap Anies sebagai Capres 2024. Sekali pun gemuruh temu nasi goreng masih mendominasi berita bumi, namun tidak sedikit yang melirik episentrum Gondangdia. 

Ada pun Anies yang pernah mengatakan tidak akan mau menghianati Prabowo pada Pilpres 2019, nampaknya seolah telah menjadi the new rising star dalam dinamika politik nasional. Gonjang-ganjing tentang Anies pun sudah mulai merebak. Anies menjadi sasaran tembak berita yang empuk, dari sekedar masalah seni bambu, yang dihargai tinggi di luar negeri, tetapi dibully di dalam negeri, sampai seringnya Anies berkunjung ke luar negeri.

Namun lambaian Gondangdia yang seakan tidak menjadi perhatian utama Anies, karena Anies bermaksud fokus menangani Jakarta, nampaknya tidak dapat dipandang sebelah mata. Dampak buruk aroma ratu gelap-gelapan pada misteri gunung merapi, bisa membuat analis handal pun gagal memahami temu temu elit yang terjadi. Lambaian Gondangdia berlalu, tetapi Anies justru harus membatalkan SK tentang Reklamasi berdasarkan keputusan PTUN.    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun