Indah baru saja hendak melepas lelah. Hari ini banyak betul undangan rapat rapat dari instansi terkait, terpaksa Indah minta tolong teman-temannya untuk mengikuti rapat-rapat itu. Indah sendiri akan mencoba hadir pada undangan hearing dengan anggota dewan, jam 2 siang nanti. Namun tiba-tiba Indah dikejutkan oleh panggilan tilpun. Indah terkejut ada tilpun dari Dani. Mau apalagi Dani ini, pikir Indah. Namun Indah tidak tega untuk tidak mengambil hpnya.
"Assalamu'alalikum, Indah." terdengar suara Dani di seberang.
"Waalaikum salam. Ada perlu apa Dani ?" cetus Indah.
"Indah, Dani di Jogja nih." lanjut suara itu.
"Dani kamu di Jogja ? Betul nih Dan ? Dani jangan bohongi Indah lagi. Ayo ada perlu apa kamu sama indah, Dan ?" seru Indah.
"Kalau rapelan gaji, belum ke luar nih.Â
Kalau mau minta ditraktir makan siang, indah ada rapat siang nanti.
Ayo cepat bilang, perlu apa kamu nilpun aku, Dan ?" lanjut Indah. Indah masih jengkel dengan Dani, karena hanya memanfaatkan dirinya untuk mendekati Fitriah. Dani begitu perhatian dengan Indah, namun tanpa Indah sadari Dani banyak bertanya tentang kebiasaan Fitriah. Sampai suatu hari, Indah kaget seperti disambar petir, karena melihat Dani jalan berdua dengan Fitriah ke Parang Tritis. Dani dan Fitriah naik kuda di pantai berpasir itu. Betapa mesranya mereka berdua, Dani dan Fitriah. Indah jadi begitu benci dengan Dani saat itu. Namun setiap Indah ketemu Dani selalu tersenyum. Senyum Dani yang baby face itu, selalu membuat hati Indah runtuh. Bagaimana Indah dapat membenci pria seramah Dani. Sulit pula mencari pria setampan Dani.Â
"Indah, bisa kita makan siang di Gudeg Yu Jum Bandara, sebentar. Kutunggu ya." pinta Dani.