Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Manuver Kepresidenan!

5 Februari 2019   10:24 Diperbarui: 5 Februari 2019   10:49 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Manuver Kepresidenan

Kalau RG dianggap membuat manuver politik akal sehat, maka pada gelaran Pilpres perlu ada manuver kepresidenan. Gelaran Pilpres yang merupakan ajang pesta demokrasi tidak dapat dihindari akan muncul kompetisi antara paslon. Kompetisi tersebut dapat diwarnai dengan serangkaian kampanye tentang bagaimana negara ini akan dibawa ke depan. 

Dalam arena kampanye itulah dapat muncul narasi narasi kepresidenan. Narasi kepresidenan hanya akan muncul pada kesadaran karena presiden yang akan terpilih adalah presiden yang akan membawa negara besar ini menuju ke arah yang lebih baik, menuju ke arah yang lebih maju, menuju ke arah yang lebih adil dan sejahtera. Namun layaknya kompetisi, arena kampanye dapat saja justru terjebak pada narasi warung kopi.

Kompetisi yang ketat, dapat membuat arena kampanye menjadi "padang kurusetra" dalam merebut hati pemilih, meyakinkan pandangan pemilih, mendorong pemilih untuk mengambil keputusan pada Pilpres. Konsekuensi dari arena kampanye sebagai "padang kurusetra" mendorong muncul manuver- manuver yang muncul dari paslon. 

Dalam kerangka politik akal sehat, maka Pilpres merupakan ajang pesta demokrasi, yang bukan saja merupakan usaha dari paslon untuk merebut hati pemilih, meyakinkan pandangan pemilih, serta mendorong pemilih untuk mengambil keputusan pada Pilpres, namun juga menumbuhkan budaya keterlibatan masyarakat pemilih untuk ikut aktif dalam pesta demokrasi. Hal tersebut menjadikan arena kampanye dapat memunculkan manuver-manuver kepresidenan.

Pada manuver kepresidenan dapat dimunculkan situasi dan kondisi negara saat ini, masalah yang dihadapi, bagaimana membawa negara ini ke luar dari masalah. Sebagai gambaran sederhana adalah kondisi perekonomian saat ini. Munculkan indikator-indikator perekonomian seperti pertumbuhan ekonomi. 

Bagaimana mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menarik investasi ? Keluhan yang dihadapi investor dalam melakukan investasi, seperti peraturan yang menumbuhkan iklim investasi yang kondusif, pajak, kualitas tenaga kerja, ketersediaan lahan, infrastruktur, dapat dielaborasi menjadi narasi narasi kepresidenan.

Upaya memperpendek waktu pengurusan investasi, manfaat pajak untuk pembangunan, upaya peningkatan kualitas tenaga kerja, penyebarluasan informasi potensi dan pengembangan investasi, pembanguan infrastruktur untuk melancarkan arus barang dan jasa yang diharapkan dapat menekan biaya transportasi, dapat menjadi narasi narasi kepresiden. Narasi narasi yang dapat menumbuhkan energi positif dalam manuver kepresidenan. Bukan justru klaim tentang siapa yang boleh menggunakan jalan tol.

Biaya pembangunan yang sudah relatif besar dari sumbangan pajak. Ucapan terima kasih kepada masyarakat yang telah taat membayar pajak. Mendorong tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap ketaatan dalam membayar pajak. Menumbuhkan keleluasaan masyarakat untuk berpatisipasi aktif dalam pembangunan, sebagai balasan langsung terhadap kontribusi masyarakat terhadap besarnya sumbangan pajak dalam pembangunan. 

Terbuka pada daya kritis masyarakat, untuk mendapatkan masukan terbaik bagi kelancaran pembangunan ke depan. Bukan justru mendorong munculnya #YangMembayarGajimuSiapa. Bukan juga harus menutup informasi untuk hal-hal tertentu di media mainstream, sehingga masyarakat mencari keseimbangan informasi di medsos.

Narasi kepresidenan pada arena kampanye bukan harus muncul dari paslon saja, tetapi juga harus muncul dari tim kampanye mau pun pendukung-pendukungnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun