Kearifan Lokal Masyarakat Simeuleu Hadapi Tsunami, Perlu Dijadikan Program Nasional!

Kearifan Lokal Masyarakat Simeuleu Hadapi Tsunami, Perlu Dijadikan Program Nasional!

Korban tsunami di Selat Sunda banyak yang meninggal dunia, bencana tsunami sebetulnya berbeda dengan bencana gempa bumi yang memang sulit diprediksi. Bencana tsunami Insya Allah bisa diprediksi potensi tsunami bisa dideteksi. Namun datangnya bencana tsunami dengan peringatan dini tsunami hanya terjadi dalam waktu singkat. 

Oleh karena itu peringatan dini tsunami memang perlu direvisi, kondisi perubahan air surut yang mendadak merupakan salah satu indikator dari terjadinyas tsunami yang dapat digunakan sebagai salah satu bentuk yang perlu menjadi komplemen penting pada peringatan dini tsunami.

Video acara band Seventeen menjadikan yang melihat sama sekali tidak mengetahui bahwa tsunami akan terjadi, acara gathering PLN yang diantaranya mengadakan acara makan malam dan pertunjukkan Seventeen yang sangat hingar bingar, tiba-tiba berubah menjadi teriakan histeris dan tentu saja membuat situasi menjadi kalang kabut. 

Datangnya bencana tsunami,  bahkan menimbulkan korban jiwa, baik orang tua maupun anak-anak yang tadinya bergembira ria menyaksikan acara band Seventeen. 

Di luar berita ralat meralat tentang peringatan dini tsunami, yang bisa jadi didasarkan pada kekuatan gempa yang kemudian dimodidfikasi menjadi potensi tsunami, tidak mampu mendeteksi perubahan air surut tiba-tiba yang pada umumnya menjadi indikator awal dari akan terjadinya tsunami. 

Suatu hal yang boleh dikatakan ironi kalau tidak boleh dikatakan tragis. peralatan yang begitu canggih dipasang pada daerah daerah yang rawan gempa. Sudahlah sering membuat informasi tsunami berubah-ubah, juga karena bisa jadi sistem yang dibangun berdasarkan skala gempa. Dus jika tidak terjadi gempa, atau daerah yang dianggap bukan rawan gempa, peringatan dini tsunami tidak beraksi.

Gempa Aceh yang sangat luar biasa sehingga menimbulkan tsunami dan menimbulkan korban jiwa yang sangat banyak, ternyata tidak terjadi pada masyarakat Simeuleu. Suatu Kabupaten di Propinsi NAD, yang berada di lautan, lepas dari pulau besar Sumatra. 

Ternyata masyarakat Simeuleu mempunyai kearifan lokal dalam menghadapi bencana tsunami. Pada saat gempa Aceh yang menimbulkan tsunami besar-besaran itu, memang banyak bangunan yang rusak, namun hanya menelan korban jiwa sangat sedikit.

Masyarakat Simeuleu pernah mengalami tsunami besar-besaran yang pastinya menimbulkan korban jiwa yang sangat besar pada tahun 1907, dikutip dari Mongabay   sebuah situs berita lingkungan. Informasi bencana besar tsunami tersebut kemudian diturunkan masyarakat Simeuleu secara turun termurun, dengan sebuah adat tutur, keraifan lokal, sehingga masyarakat dapat dengan cepat mendeteksi potensi tsunami serta dengan segera menyebarluaskan informasi potensi dini tsunami tersebut kepada masyarakat lainnnya. 

Masyarakat Simeuleu segera bergerak naik, begitu mengetagui air laut surut tiba-tiba. Pada masyarakat lanin jika air surut tiba-tiba yang biasanya kemudian diikuti dengan banyaknya ikan yang terdampar di pantai, dianggap merupakan rejeki nomplok. sehingga dapat saja masyarakat ramai berada di pantai untuk mengambil ikan yang tersedia luar biasa banyak. Namun hal itu biasanya hanya sebentar, karena tidak lama kemudian akan muncul gelombang tsunami yang menghempas pantai.