Dalam alunan musik barat, menuju tempat meeting, kondisi hujan gerimis pula, tiba-tiba terlihat rombongan pejalan kaki. Mereka berjalan tertib, barisannya panjang, pakai baju putih-putih namun hanya beralas sendal.Â
Terlihat muka yang letih, namun mereka tetap berjalan teratur, bahkan memberi jalan kepada kendaraan yang mau melintas. Tidak ada teriakan, tidak ada tingkah arogan, apalagi aura yang menyeramkan, apalagi membahayakan, menakutkan. Jauh dari itu semua.
Beda dengan konvoi kampanye parpol, atau bahkan anak anak yang baru lulus. Suasana gemuruh, riuh rendah, dan tentu saja akan menjadi ancaman bagi lawan konvoi yang beda kepentingan, biasa terjadi pada konvoi-konvoi itu. Namun rombongan ini berjalan, memasuki Jakarta dari berbagai kota. Mereka jiwa-jiwa yang berjalan bersama ruhnya.Â
Alunan doa bisa saja mengiring perjalanan mereka. Mereka menuju Monas untuk bereuni.
Kalau pun ada bendera, hanya sekedar mereka kibarkan, atau mereka pakai sebagai ikat kepala. Itu bukan bendera ormas terlarang, karena pakar hukum yang membela ormas terlarang saja, sudah dalam dekapan.Â
Mereka juga tidak akan mengibarkan bendera ISIS, karena mereka tidak membawa senjata, dan tidak akan melakukan perang. Tapi mereka betul betul 'isis' yang dalam bahasa jawa terkena angin.Â
Jiwa-jiwa yang berjalan bersama Ruhnya. jiwa-jiwa yang ingin menyatu kembali bersama teman-teman mereka. Jiwa-jiwa yang didorong oleh keinginan berserah diri, menjalani pilihan untuk berserah diri kepada Allah, bersillaturrahmi dengan sesama muslim untuk menyatakan sikap. Mereka ingin menunjukkan Islam itu damai. Islam itu bukan ancaman. Islam itu tidak menakutkan.Â
Lapangkan jalan untuk mereka, Insya Allah akan lapang juga hati dan pikiran kita. Jiwa-jiwa kita juga akan bangkit bersama Ruhnya. Insya Allah Aamiin.
Selamat Bereuni
Berkah Sukses Selalu
Salam Hangat Dari PekanbaruÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H