Hidup Itu Pilihan Bukan Sekedar Menjalani Takdir!
Ketika akhirnya Kyai Haji Ma'ruf Amin menerima pencalonan dirinya untuk menjadi Cawapres. Itu adalah pilihan. Ketika Anies memutuskan menolak menjadi Cawapres Prabowo, itu juga pilihan. Ketika anda mau membaca artikel ini, itu adalah pilihan. Ketika anda menggunakan waktu anda dengan kegiatan yang bermanfaat, itu adalah pilihan. Sebaliknya jika kita mengunakan waktu kita dengan sia-sia,itu juga merupakan pilihan.
Pada saat anda memposting suatu artikel di medsos, itu juga pilihan. Begitu jugalah jika kita membuat postingan perjalanan hidup kita. Itu adalah pilihan. Kita memilih makan pada saat lapar. Kita memilih berjalan-jalan pada saat kita suntuk di rumah. Kita memilih memegang jabatan, pada saat kita merasa ingin eksis. Kita memilih berjuang untuk mengumpulkan harta, supaya dapat merasa aman dalam hidup ini, itu juga merupakan pilihan.
Namun kita lebih sering menganggap sesuatu terjadi karena taqdir. Terutama kalau kita sedang menghadapi musibah. Kita lalu dinasehati untuk menerima sesuatu yang terjadi dan bersabar. Kita diharapkan bersyukur terhadap segala kejajdian yang menimpa kita, tanpa reserve. Sabar, sabar dan sabar adalah suatu yang sering kita dengar. "Nrimo ing pandum" adalah suatu hal yang tidak terelakkan dalam hidup ini.
Kita sering lupa dengan tawaqal
Kita menganggap sabar itu sama dengan tawaqal. Padahal dalam tawaqal terkandung makna besar usaha yang tetap harus dilakukan. Usaha yang harus menjadi pilihan, bukan hanya sekedar menjalani taqdir atau meratapi nasib belaka. Karena usaha kita nanti akan dimintai pertanggung-jawabannya, bukan jawaban itu sudah taqdir, jalani dan nikmati saja hidup ini, karena ini sudah menjadi taqdir Illahi, yang sering kita dengar dari beberapa orang.
Ya. kita akan dimintai pertanggungjawaban atas pilihan pilihan kita, bukan menjalani taqdir. Ada saatnya mulut kita ditutup, sementara tangan dan kaki berkata. Tangan dan kaki kita berkata untuk menjadi saksi dari postingan hidup kita, menjadi saksi dari pilihan kita. Masya Allah.
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggung jawab, tiba
Untuk itu mari kita edit postingan hidup kita, sebelum tangan dan kaki bicara. Hidup ini pilihan bukan sekedar menjalani taqdir. Insya Allah Aamiin. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H