Ada sesi temu bisnis dengan manajer suatu perusahaan Jepang. Masih muda muda ganteng dan cantik, memberikan uraian mengenai situasi kondisi perusahaan Jepang di Ina, secara umum. Adanya demo buruh yang sering mengganggu, adanya permintaan cuti haid bagi pekerja wanita, dan berbagai kasus lain, yang pada gilirannya memberikan gambaran, bahwa ke depan, bisa jadi perusahaan perusahaan Jepang akan mengalihkan modal ke China.Â
Diskusi tersebut berjalan dengan pemandu. Tentu saja dari berbagai peserta pada rombongan banyak mengajukan keluhan atas berbagi pernyataan yang terkadang dianggap memojokkan.Â
Nah sumbangan pemikiran yang sempat dapat saya munculkan adalah, bagaimana melihat persoalan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di perusahaan Jepang itu dapat menjadi katup penyelamat dalam rangka upaya penyerapan tenaga kerja. Memang kalau hanya dilihat dari faktor profit semata, akan lebih mudah memindahkan modal Jepang ke China.
Namun dengan mengajukan pendekatan historis dan kerjasama antar bangsa yang sudah terjalan puluhan tahun, hendaknya Jepang justru diharapkan dapat memberikan kesempatan perusahaan Jepang untuk menambah modalnya di Ina, dengan harapan dapat ikut menyelesaikan permasalahan tenaga kerja yang timbul, bukan justru memindahkan modal ke China.
Namun semua menjadi bengong, ketika pada akhir sesi, dengan senyum manis, para manajer Jepang yang  muda dan cantik itu, meyampaikan kata akhir dengan bahasa Indonesia yang fasih. Rupanya mereka pernah bertugas di Indonesia selama 5 (lima) tahun.
Jepang Memang Beda. Â