Membaca Ramalan Joyoboyo (2)
Mbesuk yen wis ono kreto tanpa jaran
Tanah Jowo kalungan wesi
Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang
Kali ilang kedhunge
Pasar ilang kumandange
Iku tondone yen tekane jaman Joyoboyo wis cedhak
Bumi soyo suwe soyo mengkeret
Bumi semakin lama semakin mengecil. Semakin mudah mencapai bagian bumi yang lain, dengan adanya kreto tanpa jaran, perjalanan yang tadinya mungkin harus ditempuh dalam hitungan minggu, atau bulan, dapat ditempuh dalam hitungan hari.Â
Apalagi dengan adanya prahu mlaku ing dhuwur awang-awang, perjalanan ke bagian bumi yang lain akan terasa lebih dekat lagi. Orang yang dulu belajar ke luar negeri harus naik kapal berbulan-bulan, saat ini cukup hanya dalam hitungan jam.
Bukan itu saja kemajuan TI, juga membuat semakin mudah dan cepat orang dapat mengetahui bagian bumi yang lain. Kalau dulu orang harus menunggu berita ulasan olah raga Piala Dunia di Buenos Aries, ketika Argentina menjadi tuan rumah Piala Dunia, satu atau bahkan dua hari. Saat ini bukan hanya berita tetapi orang bahkan dapat menonton langsung pertunjukkan sepakbola di belahan bumi yang lain, secara langsung. Bumi semakin lama semakin mengecil, bahkan sudah dapat pula dalam genggaman layar smartphone
Sekilan bumi dipajeki
Setiap jengkal tanah terkena pajak. Tanah yang kita gunakan sebagai bangunan rumah dan pekarangan terkena Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan pada kehidupan. Pajak bahkan sudah menjadi penerimaan paling besar untuk membiayai pembangunan.Â
Hal itu sesungguhnya harus menajdi kesadaran bersama bahwa bukan saatnya lagi Pemerintah bertindak sebagai penguasa. Pemerintah harus bertransformasi dari penguasa rakyat menjadi pelayan rakyat. Karena dominasi kontribusi anggaran belanja negara sudah berasal dari rakyat, bukan lagi dari SDA. Ketika rakyat hidup dipajaki, maka sudah sepantasnya pemerintah berjalan dikritisi, bukan justru harus minta diikuti.Â
Jaran doyan mangan sambel
Kuda suka makan sambal. Adalah suatu hal yang aneh, jika sampai terjadi kuda suka makan sambal. Kuda itu makanannya rumput. Ada pun sambal, digunakan oleh manusia sebagi penyedap, sehingga mampu menimbulkan nafsu makan yang lebih banyak. Namun jika kuda saja sudah suka makan sambal, dapat dibayangkan bahwa banyak kejadian aneh aneh yang ditemui. Hal hal yang di luar kebiasaan, adat istiadat, sopan santun, etika, batas-batas normal menurut ajaran norma dan agama.Â
Wong wadon nganggo pakeyan lanang
Perempuan pakai pakaian laki laki. Hal tersebut merupakan salah satu hal aneh, salah satu hal yang di luar kebiasaan, adat istiadat, sopan santun, etika, batas-batas normal menurut ajaran norma dan agama. Namun seolah sudah dianggap biasa bukan hanya di dunai seni, yang tadinya digunakan sebagai penarik minat atensi penonton, sudah pula terjadi dalam kehidupan sehari-hari.Â
Wong lanang koyo wong wadon
Laki laki kayak perempuan. Banyak kita jumpai kawan kita laki-laki suka memakai kalung di dada. Ada juga laki laki yang suka menggunakan anting. Bahkan bukan suatu hal yang dianggap aneh lagi, jika ada laki-laki memakai gelang di kaki. Kalau hanya laki-laki yang berambut panjang, sudah tentu banyak.Â
Lelaki dan perempuan ditakdirkan berbeda. Lelaki dan perempuan diciptakan untuk berpasang-pasangan. Namun jika perempuan sudah menggunakan pakaian laki-laki. Laki-laki sudah seperti perempuan, itu merupakan tanda-tanda Dunia Terbalik.
Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H