Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Pisahkan Roh dari Jiwa

1 Oktober 2018   21:39 Diperbarui: 1 Oktober 2018   22:01 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: ardachandra.wordpress.com

Jangankan Pisahkan Roh dari Jiwa Kita

Sebagai manusia kita sering lupa bahwa selain jasmani, maka dalam diri kita juga terdapat ruhani, yang disebut jiwa dan ruh. Unsur jasmani dari tiap-tiap orang adalah tumbuh dari janin makhluk kasar yang terdapat dalam kandungan Ibu. Pada janin dilengkapi akal dan hati untuk dapat digunakan jiwa yang akan dimasukkan ke dalam janin. 

Ada pun jiwa merupakan makhluk halus yang disumpah oleh Allah sebelum diturunkan untuk bersatu bersama janin yang terdapat dalam kandungan ibu. Kelak jiwa dan janin yang menjadi badan jasmani. Inilah yang akan dimintai pertanggungjawaban segala tindakannya dalam menjalani kehidupan di dunia. Ada pun ruh merupakan cahaya dari Allah SWT yang mempunyai kemampuan mendengar, melihat dan merasa dengan hati.

Badan jasmani dapat menggunakan panca indera. Untuk melihat dengan indera mata. Untuk mendengar dengan indera telinga. Untuk membau dengan indera hidung. Untuk mengecap dengan indera lidah. Untuk meraba dengan indera kulit. Dari ke lima panca indera tersebut, kemampuan pokok manusia terdapat pada indera mendengar, melihat dan merasa dengan hati. Merasakan bau yang harum atau yang enak dengan bantuan indera hidung. Merasakan makanan yang enak atau pahit dengan bantuan indera lidah. Merasakan kenyamanan atau sengatan dengan bantuan indra kulit.

Kemampuan mendengar, melihat dan merasa dengan hati, merupakan kemampuan akal dan hati yang dipengaruhi oleh jiwa dan ruh. Akal dapat melihat, dapat mendengar dan dapat merasa nyaman atau sengatan, namun tidak mampu menimbulkan rasa bahagia, sedih dan kawan-kawannya. Karena rasa bahagia, sedih hanya dapat dirasakan oleh hati pada jiwa dan ruh.

Semua kenikmatan duniawi hanya berhenti pada pandangan mata, selesai di pendengaran telinga, dicukupkan rasa pada lidah, hidung dan kulit. Setelah itu semuanya hilang. Betapa pun besar dan banyak jumlahnya kenikmatan itu. Harta yang melimpah, pasangan hidup yang serasi, kedudukan tinggi, makanan yang enak, musik yang indah, tubuh yang lembut, semuanya hanya sampai di pendengaran telinga, penglihatan mata, rasa lidah, hidung dan kulit. Namun rasa bahagia dan sedih hanya dapat timbul karena adanya rasa pada jiwa dengan bantuan ruh.

Hal itu dapat terjadi karena ruh Allah yang ditiupkan pada janin yang telah bersatu dengan jiwa itu diberi kemampuan mendengar, melihat dan hati. Hal tersebut dapat dipahami dengan mengikuti petunjuk pada Firman Allah:

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajdah:9).

Jadi sangat aneh kalau sebetulnya kita bermaksud menghindari ruh. Ruhlah yang dapat mempunyai kemampuan mendengar, melihat dan merasa dengan hati. Akal dapat membuat kita terlena untuk ke luar dari jalur jalan yang diridhloi Allah SWT. Jiwa yang sering kita sebut dapat menerima iman, sering mengalami naik turun. Kalau jiwa sedang pasang naik, maka yang muncul adalah tindakan tindakan yang mengikuti perintah dan tuntunan Allah Illahi Robbi. 

Namun jika jiwa sedang dipengaruhi iman yang sedang turun, maka yang muncul dapat merupakan tindakan tercela yang melanggar perintah dan tuntunan Allah SWT, bahkan cenderung melakukan laranganNya. Naik turunnya jiwa yang labil inilah yang harus diwaspadai dan dikendalikan.

Usaha untuk dapat mengendalikan jiwa yang labil itu hanya dapat dilakukan dengan mengembalikan ruh, untuk menuntun jiwa yang labil itu kepada cahaya Illahi. Karena hanya ruhlah yang selalu dapat menerima cahaya Illahi, berupa petunjuk dan hidayah Allah SWT. Untuk itu supaya hidup kita dapat sering mendekatkan diri kepada Illahi Robbi, Jangan Pisahkan  Ruh dari Jiwa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun