Ki Difangir terkejut ada orang yang menyimpan dendam kepadanya begitu kuat. Dilepaskannya Putri Ming dari gendongannya. Begitu Putri Ming lepas dari tubuh Ki Difangir. Adhieyasa Adhieyasa yang akan mengarahkan kekuatan penuh Setrum 35000 megawatt agak goyah perhatiannya. Tanpa sadar Adhieyasa Adhieyasa berseru:
"Tante Ming"
Putri Ming diam saja dipanggil Adhieyasa Adhieyasa. Putri Ming merasa jengah dikenali oleh Adhieyasa Adhieyasa. Situasi di sisi Istana Kerajaan Matraman Raya tersebut hening sejenak. Ki Difangir heran anak muda Adhieyasa Adhieyasa itu kenal dengan Putri Ming. Tetapi Putri Ming tampak jengah dan tidak memebrikan respon yang berarti. Ke tiga orang itu, akhirnya untuk sesaat berdiam diri. Namun kembali Adhieyasa Adhieyasa teringat akan Putri Raisani, sehingga darah Adhieyasa Adhieyasa kembali mendidih.
"Difangir bersiaplah menerima Setrum 35000 megawatt untuk mengirimmu ke neraka", teriak Adhieyasa Adhieyasa.
"Tunggu!"
Di saat saat situasi genting yang akan dialami Ki Difangir, tiba-tiba datang rombongan Ki Ageng Batman yang menaiki Perahu Surya, bersama Putri Biyan, mBak 00 weibe dan Miss Kiara tentunya. Di samping Perahu Surya, piring terbang yang membawa Ki Koh Agil beserta Pendekar Zontor mendampingi.
"Adhieyasa Adhieyasa jangan kau teruskan niatmu itu, Nak", teriak Ki Ageng Batman.
"Bapak"
"Kau nanti akan menyesal seumur hidupmu, kalau masih juga akan meneruskan niatmu. Sesungguhnya Ki Difangir itu adalah ayah kandungmu sendiri"
"Bapak"
"Itu ibumu Adhieyasa Adhieyasa, Putri Biyan. mBak 00 weibedi sebelahnya adalah ibu yang menyusuimu, bersama saudara sepersusuanmu SlametRaharjo Jati. Ki Koh agil dan Pendekar Zontor itu saksi hidup yang mengetahui sejarah ini."