[caption caption="Kapal pompong reguler dari Batu Panjang Rupat ke Dumai"][/caption]
Lima pagi pagi habis subuh mengetuk  pintu kamar Adhieyasa. Lima khawatir sehabis peristiwa kemarin Adhieyasa menjadi lemah. Lima sudah berpikir Adhie orang yang dapat dipercaya. Sudah cukup bukti bagi Lima, kalau Adhie dapat dipercaya. Perjalanan Lima bersama Adhie dari Bangka Belitung menunjukkan Adhie bukan orang yang suka mengambil kesempatan. Adhie juga bukan type perayu. Adhie sangat ingin mendekati Lima, dengan berbagai cara. Tetapi Adhie tahu batasannya. Lima merasa dapat bebas berkomunikasi dengan Adhie dari pada dengan Andro. Ya. Mengapa jauh sebelum ini pun Lima merasa nyaman dengan Adhie. Lima merasa pasti bahwa Adhie adalah jodoh Lima. Allah memberikan Adhie untuk Lima.
"Lima"
Lima tertegun ketika Adhie sudah siap untuk berangkat. Segera Lima tidak ingin ketahuan kalau sedang memikirkan Adhie.
"Kita jadi ke Batam kan pagi ini Adhie?"
"Oke"
Singkat betul, pikir Lima. Biasanya Adhie suka ngajak dialog, bahkan kadang cenderung debat. Lima tidak akan membiarkan Adhie terlalu memikirkan tentang rahasia kemarin. Lima harus membangkitkan kembali semangat Adhie.Â
"Ayo, kita berangkat ganteng. Kita nikmati naik kapal pompong dari Rupat ke Dumai. Jangan lupa ambil fotonya, ya, Adhie"
Mereka pun berdua menuju pelabuhan Batu Panjang Rupat Selatan untuk naik kapal reguler ke Dumai. Kapal harus diisi 6 orang. Sampai di pelabuhan ternyata sudah ada juga yang ingin berangkat pagi ke Dumai. Jadi mereka tidak perlu lama nenunggu. Lima dan Adhie pagi pagi sudah berangkat ke Dumai supaya bisa naik ferry Dumai Batam.
[caption caption="Suasana kelas VIP di ferry Dumai Batam"]
Dumai di pagi hari masih sejuk dan sepi. Lampu yang bercahaya sudah redup. Tidak terasa Lima dan Adhie mendapatkan gerak kapal melambat, sejak berangkat dari Dumai menuju Batam. Rupanya mereka mendekati pelabuhan Bengkalis, pelabuhan pertama route Dumai Batam.