[caption caption="Dumai di waktu makam diambil dari Rupat Selatan"][/caption]"Ayah, bagaimana rencana Ayah selanjutnya ?"
"Maksud, Puput ?"
"Ya. Ayah kan punya rencana pulang ke Kota Raja. Sementara kita masih di sini, di Rupat"
"Bukannya Puput yang minta, kita semua berwisata ke Rupat. Ayah mau jalan-jalan dulu di pantai. Lagian nanti malam ayah mendapat undangan buka puasa bersama di Kantor Camat. Puput kalau pengin istirahat, nyantai saja di kamar. Biar ayah jalan jalan dengan Bunda"
"Bunda mau kawani Puput di kamar, Kanda". bisik Bunda Lilik.
"Baiklah kalau begitu, biar ayah puaskan jalan jalan berwisata di Pantai Rupat Utara" seru Pujangga Halim.
Pujangga Halim dengan santai berjalan di atas pasir putih. Air laut nampak makin lama makin surut. Pantai berpasir pun makin menjorok ke laut. Tapi Pujangga Halim tidak bermaksud berenang di pantai. Akhirnya Pujangga Halim malah naik ke darat. Di sana Pujangga Halim menjumpai suatu bangunan. Nampak masih baru, tetapi belum dimanfaatkan.Â
"Assalamu'alaikum" sapa Pujangga Halim.
Tidak ada yang menyahut. Pujangga Halim mencoba masuk. Ruang tunggunya bagus. Tiba-tiba muncul seorang anak muda dari dalam. Wajahnya polos, tanda penurut.
"Hotel ini sudah disewakan ?", tanya Pujangga Halim
Anak muda itu hanya menggelengkan kepalanya.Â