Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

PIN Polio, Puisi Orang-orang Kecil, Menghiasi Gerhana Matahari

7 Maret 2016   23:11 Diperbarui: 7 Maret 2016   23:50 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan Presiden AS Rosesvelt yang dapat mengatasi depresi besar membawa ke luar AS menjadi Negara adidaya setelah memenangkan perang dunia pun, harus kalah dengan polio. Polio sungguh sudah menjadi momok dunia. Baru setelah pengabdian Salk, sekitar 10 tahun sejak meningalnya Rosevelt, vaksin polio ditemukan.

Tentu dengan berbagai kendala dan tantangan di lapangan, namun ketika akhirnya semua sepakat, vaksin polio hasil jerih payah temuan Salk, dianggap satu-satunya vaksin yang dapat mencegah penyakit polio. Penyakit yang mudah menjangkiti anak-anak dengan ancaman lumpuh sebagian, lumpuh total, sampai menimbulkan korban jiwa. Dunia sudah berniat menghabisi penyakit polio ini dengan serius. Bahkan Salk, karena pengabdiannya yang tinggi terhadap umat manusia, rela tidak mematenkan vaksin polio temuannya, supaya tidak menjadi komoditi bagi perusahaan-perusahaan yang terkadang lebih mementingkan urusan bisnis dari pada kemanusiaan. Hal yang menjadi tandem dalam hidup dan kehidupan Salk. Sungguh suatu keputusan seorang Salk, yang sangat terpuji dan sangat berarti bagi kemanusiaan.

Indonesia yang pernah dinyatakan bebas polio 1995, tiba-tiba pada tahun 2005, disentakkan oleh munculnya gejala penyakit polio di suatu kawasan pelosok, yang diindikasi banyak penduduknya mempunyai mobilitas sampai ke luar negeri. Walaupun segera ditangani dengan serius, namun baik Indonesia maupun Dunia, menginginkan upaya membebaskan masyarakat dunia dari wabah polio tetap dilaksanakan secara intensif.

Pada esok hari tanggal 8 Maret, usaha vaksinasi polio melalui PIN Polio akan dilaksanakan secara serentak di seluruh pelosok negeri. Tidak kurang dari MUI berperan dalam sosialisasi urgensi PIN Polio sebagai usaha positif untuk menanggulangi dampak serangan virus polio, bukan merupakan kegiatan yang terkadang di daerah dipandang “haram”. Begitu Polri berpartisipasi aktif sampai ke jajaran yang paling bawah di daerah, untuk mengatasi terjadinya penolakan kegiatan PIN Polio, yang kemungkinan bisa terjadi karena kurangnya sosialisasi, yang terkadang dapat berdampak negative bagi masyarakat sekitarnya. Dapat dimengerti jika dipandang perlu, peserta PIN Polio harus dihadirkan secara paksa. Bahkan Kementrian Perdesaan juga berpartisipasi aktif dengan memberikan instruksi supaya kepala-kepala desa ikut membantu pelaksanaan kegiatan PIN Polio, kalau perlu dengan menggunakan anggaran Dana Desa yang dikucurkan oleh Kementrian Perdesaan.

Di suatu tempat, setelah berpanjang lebar memberikan gambaran bagaimana ke depan kita menyikapi gangguan dan hambatan yang mungkin dihadapi dengan memanfaatkan peluang yang mungkin tercipta, begitu permintaan tolong kepada aparat desa itu tulus, dilemparkan, tiba-tiba tepuk tangan pun pecah. Sungguh pembukaan pengarahan yang manis.

Namun di tempat lain, karena satu dan lain hal, sambutan serupa tidak muncul. Banyak persoalan yang dihadirkan, namun tidak selalu dapat segera ditangani. Adanya jalan yang rusak, jembatan yang setiap saat harus diperbaiki secara gotong royong walaupun terdiri dari kumpulan bahan kayu. Pagar sekolah yang dianggap sangat penting dan perlu, karena jalan sudah mulai ramai, sementara anak sekolah terkadang belum hirau terhadap perubahan arus lalu lintas di kampong yang membahayakan. Baru-baru ini ada yang sampai meninggal lho, pak. Infrastruktur daerah yang katanya kaya minyak memang masih memprihatinkan.

Pada situasi dan kondisi yang kering asa waktu itu, sebagai “closing statement”, dengan pengantar situasi dan kondisi yang ada, saya bacakan puisi Orang-orang kecil yang berjudul,

Bisa Jadi Mereka Penghuni Surga:

Dengan tambahan konteks,

Bapak-bapak yang pulang ke rumah jalannya masih rusak
Bapak-ibu, yang ditanya masyarakatnya kapan jembatan itu dibangun
Kepala Sekolah, guru yang ingin sekolahnya dipagar tapi masih dalam perjuangan
Semuanya harap ikhlas sabar teguh beriman

Bisa jadi Bapak-Ibu penghuni surga

Lirih suara saya menutup pertemuan itu, namun tiba-tiba suasana gedung bagaikan menggelegar, tepuk tangan peserta pertemuan memecah kesunyian.

PIN Polio, Puisi Orang-orang kecil, menghiasi gerhana matahari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun