Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahayanya Banyak Ketawa!

4 September 2015   19:29 Diperbarui: 4 September 2015   19:29 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bahayanya Banyak Ketawa!

Ketawa dapat membuat hati senang, bahagia bahkan mampu menyegarkan jiwa. Ketawa dapat menghibur diri bahkan orang lain, sampai melupakan masalah yang dihadapi. Ketawa dapat menjadi obat hati yang sedang kusut masai. Ketawa merupakan salah satu cara efektif dalam mengatasi kejenuhan. Banyak orang dari guru, dosen, nara sumber, ustadz, pejabat sampai sahabat berusaha membuat orang ketawa dalam kasus-kasus tertentu. Ketawa memang menjadi salah satu cara ice breaker dalam mengatasi kebuntuan. Tidak heran kalau pertunjukan lawak yang menjadi tontonan yang menghibur bagi banyak orang. Begitu besarnya minat orang terhadap hal-hal yang membuat ketawa, banyak pertunjukan yang bukan pertunjukan lawak pun diselipkan humor yang diharapkan dapat menjadi magnit tersendiri bagi pertunjukan itu, bahkan kadang humor atau lawatannya mendapat porsi yang sangat besar.

 

Membaca artikel humor juga dapat membuat ketawa, dan membuat penulisnya dikangeni orang banyak misalnya Mas Jati Humoro eh Kumoro. Membaca artikel Mas Jati kita akan bisa tersenyum dan tertawa. Senyum dan tawa merupakan bagian dari kehidupan yang dapat mengurangi beban hidup bagi banyak orang, sehingga pertunjukan menyanyi, menari dan melawak pada jaman orde baru mendapat porsi besar di televisi. Orang boleh hidup susah, tetapi orang kan menjadi senang kalau bisa ketawa. Namun tertawa dapat berbahaya, apalagi kalau tertawa terbahak-bahak, dapat melupakan diri, bahkan kalau terlalu sering dapat menutup hati dan perasaan, mengurangi kepekaan terhadap situasi kondisi yang kadang memprihatinkan. Ketawa juga dapat mengurangi rasa hormat bahkan dapat memunculkan kecenderungan mengetawai orang lain. Hal itu yang sering saya khawatirkan namun justru sering tidak dapat ditahan karena muncul begitu saja bahkan cenderung keseringan.

 

Itulah sebabnya banyak orang mengikuti anjuran Nabi Muhammad untuk tersenyum saja kalau mendengar atau melihat suatu hal yang lucu, atau humor. Misalnya ketika Nabi mengatakan tidak akan ada nenek-nenek di Surga. Kontan nenek-nenek yang mendengar hal tersebut, menangis sedih, karena dia tidak akan masuk sorga. Melihat hal tersebut, Nabi tersenyum, kemudian beliau menjelaskan bahwa maksud dari kata-kata tidak akan ada nenek-nenek di surga, karena semua orang yang masuk surga akan menjadi muda kembali. Mendengar penjelasan tersebut, nenek itu pun lega, hilang rasa sedihnya dan dapat tersenyum bahagia. Akan sangat berbeda kalau kemudian kita dengan cepat ketawa karena mendengar nenek-nenek tidak akan ada di surga, lalu mengetawain setiap nenek-nenek yang ada. Ketawa dapat membahayakan, bukan saja yang merasa ditertawakan tetapi juga bagi yang tertawa. Jangan serius banget Pak, ini humor lho. Wong ketawa kok bisa membahayakan !

Ketawa memang dapat menyehatkan jiwa. Salah satu cara untuk mengetahui apakah jiwa seseorang sehat dapat saja dengan melihat apakah orang tersebut bisa tertawa. Namun kalau jarang melihat atau belum pernah seseorang terlihat tertawa, maka dapat dipastikan bahwa orang itu tidak senang ketawa hehe belum tentu tidak sehat lho. Bisa jadi orang yang jarang ketawa itu memang orang yang serius. Bisa jadi orang yang jarang ketawa itu karena sedang menghadapi masalah berat. Kalau kemudian orang-orang itu berat untuk ketawa, memang wajarlah. Kalau kemudian orang yang jarang ketawa itu kemudian dapat ketawa atau minimal senyum karena aksi kita, kita beruntung, karena dapat meringankan beban orang tersebut. Namun bukan tidak mungkin, kalau kemudian kita kena semprot. Ketawa saja kamu kerjanya haha, itu nasib. Namun ada bahayanya kalau kita berpikir bagaimana dapat membuat ketawa, lalu kita ketawa sendirian apalagi sambil jalan. Jangankan ketawa seperti itu, senyum-senyum sendiri saja sambil jalan, bisa di ketaawain orang hehe.

 

Ada lagi kebiasaan, kita tertawa lebih dulu, sebelum orang lain yang mendengar apa yang kita ceritakan, apalagi kita bermaksud mengajak orang itu tertawa. Walaupun kadang. Orang yang mendengar cerita kita itu sampai ada yang bingung, kita terkadang tidak sadar, karena cerita kita belum selesai kita sudah tertawa berkepanjangan. Banyak tertawa yang seperti ini termasuk yang membahayakan. Maksud hati ingin mengajak orang lain tertawa, malah kita sendiri yang terpingkal-pingkal.

Namun memang banyak ketawa bisa membahayakan. Kita dapat merasa sikap dan tindakan orang lain itu menjadi lucu dan sering ketawa karena suatu hal. Kita bisa saja tertawa karena melihat orang lain kebingungan. Kita juga cepat tertawa kalau melihat orang lain nyaris tertimpa sesuatu. Kita pun bahkan bisa tertawa kalau kita berhasil melaksanakan sesuatu sementara orang lain gagal. Ada orang yang sholat di Rauda sambil senyum melihat saya terhimpit-himpit di antrian menuju makam Nabi dan dua sahabat. Orang tersebut hanya dipisahkan oleh pagar pembatas antara Rauda (ruangan antara mimbar dengan makam Nabi Muhammad yang terkadang sangat sulit dicapai) dengan jalur ke luar masjid Nabawi via pintu Baqi. Tertawa seperti jelas berbahaya, maksudnya merugikan, karena bisa membatalkan sholat. Sementara tujuan mencapai Rauda salah satunya adalah sholat yang tentu akan diiringi doa-doa yang harapan besarnya dapat terkabul. Nah kalau waktu sholat saja, melihat orang sedang terhimpit antrian ketawa, bagaimana doanya dapat terkabul ?

Kebiasaan tertawa atau mentertawakan sesuatu juga dapat menggiring kecenderungan untuk merendahkan paling tidak meremehkan orang lain. Kebiasaan tertawa atau banyak tertawa yang seperti itu sangat membahayakan. Karena salah-salah bisa kena tinju orang yang mudah tersinggung, atau paling tidak kena semprot hehe. Oleh karena itu tertawa lah pada tempatnya, syuku-syukur cukup senyum saja. Walaupun hal itu, pasti tidak seru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun