Informasi begitu cepat tersebar, sungguh sudah lebih banyak dari pada pisang goreng yang djual di kaki lima. Informasi begitu mudah didapat dan selalu dengan cepat bertambah. Lihat saja index di K, untuk beberapa saat akan muncul artikel baru. Begitu juga halnya di dumay. Makin cepat informasi tersebar. Masalah seberapa kuat validitas informasi, masih harus dipelajari. Seberapa kuat informasi dapat merubah pola pikir masyarakat, masih perlu dteliti. Namun satu hal yang pasti, informasi telah mengalir deras.
Aliran deras itu kadang dapat diikuti, kadang tidak. Aliran deras itu kadang perlu diikuti kadang tidak. Aliran deras itu kadang perlu dicermati, kadang tidak. Aliran deras itu perlu disikapi, kadang tidak.
Bagitu sudah mengambil sikap, terhadap suatu informasi, maka dapat terjadi fatamorgana pandangan terhadap informasi. Informasi yang begitu deras, bukanlah pelangi. Pelangi jelas warna bedanya. Pelangi jelas indah warnanya. Tidak begitu dengan fatamorgana informasi. Informasi dapat menimbulkan distorsi.
Begitu juga dengan informasi statemen Ahok dan statemen Haji Lulung. Apalagi kalau tokoh Ahok sebagai Jugde Bao modern, menjadi salah satu angel heart. Apa pun tentang Ahok bisa menjadi betul. Soal Ahok, itu ucapannya keras, kasar, dan kadang ada orang yang menyebutnya sombong, itu soal lain, suara miring dari orang yang tidak suka saja. Obyektivitas hilang, begitu sudah melihat fatamorgana informasi. Informasi yang sudah terdistorsi.
Beda lagi, dengan respon yang ditujukan kepada Haji Lulung, karena dianggap sering melakukan peran "oposisi" terhadap Ahok, maka Haji Lulung, dengan sendirinya menjadi sasaran tembak yang empuk, bagi kalangan yang ingin mendorong Ahok untuk tidak terpojok. Peran "oposisi" yang ditunjukkan Haji Lulung ini mirip dengan peran "oposisi" yang ditunjukkan PDIP pada saat SBY menyusun Kabinet. Pada saat itu, PDIP seperti tersudut. PDIP ditinggal sendirian di luar pemerintahan. PDIP mengambil peran "oposisi", bukan hanya pada satu periode lima tahunan, bahkan untuk dua periode. Â Namun karena satu dan lain hal, saat ini PDIP akan menuai hasil, dari sikap yang diambilnya, selama hampir 10 tahun ini, peran "oposisi"!
Apakah Haji Lulung akan menerima hal yang sama dengan PDIP ?
Ya. Untuk saat ini Haji Lulung jelas menerima pengkristalan distorsi informasi, karena mngambil peran "oposisi" kepada Ahok. Namun sampai berapa lama Haji Lulung akan mendapat getah yang sangat tidak mengenakan itu ? Haji Lulung jelas belum dapat disejajarkan dengan PDIP. Di samping Haji Lulung adalah hanya satu tokoh Parpol, yang konstituennya terbatas, Haji Lulung juga tidak memiliki basis massa dan ideologi yang kuat, seperti halnya PDIP.
Mari kita lihat bagaimana distorsi informasi itu sangat kentara, nyata, jelas dan untouchables karena fatamorgana informasi:
Respon terhadap permintaan Haji Lulung kepada Ahok, lebih baik mundur saja, bukan saja mengenai sasaran dengan tepat, apalagi sampai menusuk, jangankan menggoyahkan, yang terjadi justru menjadi bumerang, yang menyerang balik kepada Haji Lulung. Bukan pernyataan Haji Lulung yang salah, terlalu naif atau mengada-ada, tetapi memang sudah terjadi distorsi informasi karena timbulnya fatamorgana informasi, bukan pelangi informasi.
Pernyataan Ahok, yang boleh saja dianggap pencerminan pandangan pesimis oleh Haji Lulung, justru mendapat pembenaran masyarakat, karena memang situasi dan kondisi itu tidak dapat diperbaiki oleh Ahok. Bukan salah Ahok, karena hal itu sudah lama terjadi. Hal itu justru memang dianggap kesalahan mendasar yang sudah dilakukan oleh masyarakat. Ahok bahkan dapat mendapat pujian, karena berani mengatakan hal-hal yang benar dan pahit terhadap masyarakatnya sendiri. Satu poin bagus, bahkan didapatkan Ahok, dengan pernyataanya yang keras dan pahit itu.
Masalahnya adalah apakah Ahok memang dulu waktu kampanye sudah berjanji dan berani mengatakan hal itu. Sampai kiamat tak kan selesai. Apakah Ahok sadar bahwa dengan pernyataannya itu, bahkan menunjukkan bahwa selama ini Ahok belum berbuat sesuatu yang signifikan terhadap hal itu. Karena percuma kan berbuat banyak dan menghabiskan dana besar, kalau sampai kiamat pun hal itu tidak akan berhasil. Namun karena adanya fatamorgana informasi, maka yang terjadi adalah distorsi informasi. Wajar Ahok berkata begitu. Toh sudah banyak pemimpin sebelum Ahok juga tidak dapat menyelesaikannya.
Ahok juga pernah berteriak keras, mengenai kinerja kerjasama antar daerah dalam mengatasi banjir. Beruntung Ahok berhadapan dengan Pimpinan Daerah lain, yang mempunyai pembawaan jauh berbeda. Pertemuan pun digelar. Bisa dibayangkan kalau Pimpinan Daerah tiba-tiba bertemu, sementara tadinya yang skondannya yang satu, mengkritik keras pimpinan daerah lainnya. Kontan saja bukan hanya akan kikuk, tetapi juga pasti akan salah tingkah. Apa boleh buat permintaannya akan dipenuhi, walaupun untuk daerah lain, harus rela mengeluarkan dana. Entah bagaimana mekanisme pengelolaan asetnya nanti. Bukan itu saja, begitu diwawancari untuk dapat lebih dalam informasi yang dapat digali, jawaban yang muncul adalah sekarang saatnya kerja! kerja! tinggalkan rapat-rapat!
Bagaimana mau kerja, wong mau ke luar rumah saja nggak bisa. Apalagi mau naik sepeda ? Bagaimana tidak rapat-rapat, wong kalau berjauhan kedinginan.
Distorsi informasi menjadikan nilai benar dan salah menjadi realtif. Sebagaimana halnya peran yang diambil oleh PDIP, harus untuk 2 periode kepemimpinan nasional, baru dianggap partai alternatif. Jauh sebelum itu. kurang etis untuk mengatakannya. Posisi Haji Lulung sebagai anggota dewan yang boleh mengkritisi kinerja eksekutiv menjadi terdistorsi, hanya karena fatamorgana informasi. Latar belakang Haji Lulung dan citra anggota dewan yang sedang berada di titik nadir, menjadikan distorsi informasi itu menemukan pembenaran. Bahwa kalau Ahok bicara keras, kasar dan besar itu adalah pembawaan. Ahok justru diperlukan untuk mengatasi birokrasi yang lembek, lamban, tambun dan tidak gesit. Ahok adalah pemimpin yang berani.
Sulit memahami bahwa ada pemimpin yang dianggap terpuji sementara yang ke luar dari pernyataannya lebih sering kurang mendapat pujian. Dari hati bagian mana berasal semua  pernyataan yang kurang terpuji itu muncul. Hanya nafsu mutmainah yang mampu mendorong orang melakukan ucapan dan tindakan yang terpuji. Distorsi informasi telah terjadi pada Ahok. Hal yang sama juga terjadi pada Haji Lulung.
Sesuatu telah terjadi di negeri ini, hanya waktu yang dapat menjadi saksi. Begitu juga dengan distorsi informasi Ahok-Lulung!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H