Nama : Masjoko
NIM : Menyusul
Jurusan : PGSD FIP UNJ
Judul buku: Menjadi Guru Professional
Pengarang: Drs.Moch. Uzer Usman
Penerbit: PT.REMAJA ROSDAKARYA – Bandung
Cetakan ke-: Cetakan pertama s.d 25, tahun 2000 s.d 2011
Cetakan ke-27, februari 2013
Tahun terbit : 1995
BAB I
PENDAHULUAN
Profesi guru pada saat ini masih banyak dibicarakan orang, atau masih saja dipertanyakan orang, baik dikalangan pakar pendidikan maupun diluar pakar pendidikan. Rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru disebabkan oleh beberapa factor berikut:
1.Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapapun dapat menjadi guru asalkan ia berpengetahuan.
2.Kekurangan guru di daerah terpencil, member peluang untuk mengangkatseseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru.
3.Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu. Perasaaan rendah diri karena menjadi gurum penyalahgunaan profesi untuk kepuasaan dan kepentingan pribadinya, sehingga wibawa guru semakin merosot (Dr. Nana Sudjana, 1988).
BAB II
Tugas, Peran, dan Kompetensi Guru
1.Proses belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi dalam berbagi model. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang dikelompokkan kedalam 4 hal, yaitu (1) proses informasi, (2) perkembangan pribadi, (3) interaksi sosial, dan (4) modifikasi tingkah laku (Joyce & Weil, Models of Teaching, 1980)
2.Tugas Guru
Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinyasebagai orang tua kedua.
3.Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Peran dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams & Decey dalam Basic Principles Of Students Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, participant, ekspeditor, pelencana, supervisor, motivator, dan konselor. Yang akan dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap paling dominan diklasifikasikan sebagai berikut:
a.Guru sebagai demonstrator.
b.Guru sebagai pengelolah kelas
c.Guru sebagai mediator dan fasilitator
d.Guru sebagai evaluator
4.Peran Guru dalam Pengadministrasian.
a.Pengambilan inisiatif, pengarahan, dan penilaian kegiatan-kegiatan pendidkan.
b.Wakil masyarakat, yang berarti dalam ,lingkunagn sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat.
c.Orang yang ahli dalam mata pelajaran.
5.Peran Guru Secara Pribadi
a.Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat.
b.Pelajar dan ilmuan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan.
c.Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya.
6.Peran Guru Secara Psikologis
a.Ahli psikologi pendidikan,
b.Seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relation ).
c.Catalytic Agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan.
d.Petugas kesehatan mental (Mental Hygient Worker)
7.Kompetensi professionalisme Guru
a.Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta ) kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competensi) yakni kemampuan atau kecakapan.
Kata “professional” berasal dari kata sifat yang berarti pencarian dan sebagai kata benda yang bararti orang yang memerlukan keahlian seperti gurum dokter, hakim, dsb. Persyaratan Profesi:
1Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.
2Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.
3Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
(Drs. Moh. Ali, 1985 ).
BAB III
Kondisi Belajar Mengajar yang Efektif
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada 5 jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, sebagai berikut:
1.Melibatkan Siswa secara Aktif
Aktivitas belajar murid yang dimaksud disini adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar murid dapat digolongkan dalam beberapa hal:
·Aktivitas Visual seperti membaca, menulis, melakuan eksperimen, dan demonstarasi
·Aktivitas Lisan seperti bercerita, membaca sajak, Tanya jawab, diskusi, menyanyi.
salah satu upaya dalam menciptakan belajar mengajar yang efektif dan efisien, yakni dengan system belajar siswa aktif ( CBSA )
a.Pengertian CBSA
Secara harfiah CBSA dapat diartikan sebagai system belajar mengajar yang menekannkan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan kognitif, afektif dan psikomotor.
b.Tolak Ukur CBSA
Untuk dapat mengukur kadar keaktivan siswa dalam belajar, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat dari pakar CBSA:
1McKeachie (Students. Cetered versus Instructor-Centered Instruction, 1954 ) mengemukakan tujuh dimensi dalam proses belajar mengajar dimana terdapat variasi kadar ke-CBSA-an sebagai berikut.
vPartisipasi siswa dalam menentukan tujuan dalam kegiatan belajar mengajar.
vPenekanan pada aspek afektif dalam pengajaran.
vPartisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, utama yang berbentuk interaksi antar siswa.
2. K.Yamamoto ( Many Faces of Teaching, 1969) melihat kadar keaktifan siswa itu dari segi intensionalitas atau kesengajaan terencana dari peran serta kegiatan oleh kedua pihak (siswa dan guru) dalam proses pembelajaran.
3H.O. Lingren (Educational Psycology In The Class Room,1976) melukiskan kadar keaktifan siswa itu dalam interaksi di antara siswa dan guru dan siswa dengan siswa lainnya. Ausabel (1978) mengemukakan penjernihan pengertian didalam mengkaji ke-CBSA-an dan kebermaknaan kegiatan belajar-mengajar dengan menggunakan 2 dimensi, yaitu:
-Kebermaknaan materi serta proses belajar-mengajar;
-Modus kegiatan belajar mengajar.
Cara lain untuk memperbaiki dan meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar, adalah sebagai berikut:
Cara memperbaiki keterlibatan kelas
§Abdikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar.
§Tingkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan menuntut responyang aktif dari siswa. Gunakan berbagai teknik mengajar, penguatan serta motivasi.
Cara meningkatkan keterlibatan siswa
-Kenalilah dan bantulah anak-anak yang kurang terlibat. Selidi apa yang menyebabkannya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi anak tersebut
-Siapkanlah siswa secara tepat. Persyaratan awal apa yang dilakukan anak untuk mempelajari tugas belajar yang baru
-Sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa.
2.Menarik Minat Dan Perhatian Siswa
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan sesuatu hal yang relative menetap pada diri seseorang.
Pada hakikatnya setiap anak berminat terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan minat anak terhadap belajar.
3.Menarik dan Mengarahkan Perhatian Siswa
Apabila kita perhatikan, dalam kegiatan belajar mengajar akan didapatkan 2 macam tipe perhatian:
vPergantian terpusat (terkonsentrasi).
vPerhatian Terbagi ( tidak terkonsentrasi)
4.Membangkitkan Motivasi Siswa
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motiv-motiv menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan/mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan belajar. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut:
a)Motivasi Instrinsik
b)Motivasi Ekstrinsik
5.Prinsip Individualitas
Setiap guru memahami bahwa tidak semua murid dapat mempelajari apa-apa yang ingin dicapai oleh guru. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari dan memakluminya apabila ada siswa cepat menerima dan memahami pelajaran yang diberikannya, atau bahkan sebaliknya yang akhirnya memerlukan bimbingan khusus.
6.Peragaan dalam Pengajaran
Alat peragaan pengajaran, teaching aids, atau audiovisual aids (AVA) adalah alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa.
BAB IV
Klasifikasi Tujuan dan Penilaian Proses
1Perumusan Tujuan Pembelajaran dan Kaitannya dengan Taksonomi Hasil Belajar.
Hasil belajar dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi pula oleh guru sebagai perancang ( designer) belajar mengajar.
Tujuan instruksional pada umumnya dikelompokkan kedalam 3 kategori, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
1)Domain kognitif
Tujuan Pembelajaran Umum
(TPU)
Tujuan Pembelajaran Khusus
( TPK )
a.Ingatan ( kata kerja yang dapat digunakan)
Mengetahui hal-hal tertentu
Mengetahui pokok-pokok pikiran
Mengetahui fakta-fakta yang spesifik.
Menggambarkan,mendefenisikan, memberi ciri, menyusun daftar, megingat kembali, menyebutkan, memproduksi
b.Pemahaman
Memahami hal-hal pokok pikiran
Menginterpretasikan data-data dalam tabel
Mengubah,menjelaskan,mengikhtisarkan,menyusun kembali,menafsirkan,membedakan, memperkirakan,memperluas, menyimpulkan, menganulir
c.Penerapan
Menarapkan konsep dan pokok-pokok pikiran pada situasi baru. Mendemonstrasikan penggunaan metode atau prosedur yang benar.
Memperhitungkan, mendemonstrasikan, mengubah struktur, mengembangkan, menerapkan, menggunakan, menemukan, menyiapkan, memproduksi, menghubungkan, meramalkan, menangani
d.Analisis
Membedakan fakta dan kesimpulan, mengevaluasi relevasi data.
Mengenal, menyadari adanya asumsi yang tidak diungkapkan.
Membedakan dan mendeskriminasikan, mendiagramkan, memilih, memisahkan, membagi-bagikan, mengilustrasikan, mengklasifikasikan.