Pemain2 kita itu skillnya sudah rata2 di level Asia, hanya saja kekuatan fisiknya yang masih kurang, tapi apa yang di perlihatkan Timnas U19, harus kita akui bahwa fisik mereka juga sudah level pemain2 asia. Kok bisa??? Ternyata bisa kan...
Tahun 2007 saat piala Asia, kita sejajar dengan pemain2 Asia.. kok bisa???
Di Asean, kita sudah langganan Final.... Kok bisa??? ya harus bisa lah... walau belum di berkahi dan diridoi untuk juara.
Untuk level di bawah umur, kita sudah level dunia lho, seperti danone nations cup, dan event2 club di eropa, kok bisa ya??? (search aja di you tube, untuk lihat videonya). Pemain2 kecil kita hebat2 lho.... walau mungkin banyak titipan.
Kenapa di tinggkat Senior kita loyo / nyungsep ???
tapi banyak juga sih pengurus yang puas, lumayan dan bagus, walau pun kalah. Ya untuk menghibur diri kali....
tapi level ke puasan pengurus masih tingkat asean dan mungkin tarkam... yang herannya, semua ikut mengamini dan bangga. Padahal itu bukan level kita lagi.
Kita harus cari pengurus yang tingkat jiwa kepuasanya... ukurannya sudah di level ASIA, bukan pengurus yang jiwa kepuasanya / kebanggaanya masih level DU yg promosi ke ISL.... kita nggk akan maju2....
Kalo liat cara main TIMNAS senior, sebenarnya hanya masalah pelatih dan perilaku di liga, yang semua berakibat pada pola timnas. Dasar2 permainan bola dan kerjasama tim inilah yang tidak kita miliki. Dan di perparah degan pelatih2 yg nggk ngerti melatih tim (bukan melatih bola). Alhasil, kita hanya bisa lari kencang, tapi bingung untuk mengopernya. cara penguasaan bola kita jelek banget. Pemain berani ama wasit, pemain kita selalu kasar, berani tekel dari belakang. Itu muaranya ada di Liga kita. U19 sudah memperlihatkan bagaimana cara bermain bola yang benar, walau masih keliatan kasar terhadap lawan. Terutama saat lawan Vietnam. Orang2 vietnam menjuluk timnas kita sebagai Kungfu Panda, dan mereka membuatkan video di youtube, saat TIMNAS melawan vietnam. yang isinya tentang ke kekasaran pemain2 kita. Kalau saja pertandingannya di luar negeri, mungkin sudah banyak kartu merah yang kita dapat.
Lebih parah lagi, pengurus yaang nggk ngerti bola, tapi ikut ngurus bola, Jadi mereka pada nonton bola, tapi hanya nonton doang, Setiap ada pertandingan mereka hanya teriak2, tapi tidak tau apa yg harus di benahi di liga. kok bisa??? Harusnya UU tentang "pengurus harus aktive 5 atau 10 (gua lupa) tahun berkecimpung disepakbola", itu harus di rubah. PENGURUS BOLA YANG SUDAH LAMA, BELUM TENTU DIA NGERTI BOLA. buktinya kayak sekarang ini kan???
Tapi bisa juga, bukan karena tidak tau dan tidak ngerti, tapi karena ada kepentingan dan modal yang nggk ada. Ya... kalau modal yang jadi urusannya, pasti nggk akan pernah ada. selagi ketidak transfaran dan keprofesional-an pengurus. Jadi modal pada nggk jelas kemana. Apalagi dari dulu, yang ngurus bola orang2 itu lagi dan itu lagi. Ya... apa yg bisa di harapkan, Menjadi profesional itu bukan hal yg sulit, hanya tinggal bikin SOP dan UU, tinggal di terapkan dan di praktekkan aja....