Mohon tunggu...
Wijanarko Dwi Utomo
Wijanarko Dwi Utomo Mohon Tunggu... wirausaha -

Seorang anak lelaki, seorang suami dan seorang ayah, yang punya banyak dosa, dan mencoba untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Blogger, Bitcoin Miner, Bekerja dari rumah memanfaatkan teknologi internet.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Ada Usia Pensiun?

13 Februari 2015   04:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:18 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Mengapa ada usia pensiun?

Bagi orang-orang yang bekerja, baik di pemerintahan maupun di sektor swasta. Di dalam buku peraturan kepegawaian atau peraturan perusahaan tempatnya bekerja, pasti ada salah satu pasal yang menjelaskan tentang batasan usia pensiun. Tiba-tiba saja di dalam otak saya muncul pertanyaan, “Mengapa harus ada yang namanya usia pensiun ketika kita bekerja sebagai pegawai?”

Mendengar kata pensiun, asosiasi yang tercipta dalam benak saya adalah seseorang yang sudah tua, tidak produktif dan bahkan mulai didera oleh masalah kesehatan serta mulai khawatir dengan masalah keuangan yang dihadapinya. Pensiun berarti hilangnya rasa berdaya dari seseorang karena menghadapi keterbatasan. Oleh karena itu untuk meminimalisir kekhawatiran para pegawai yang akan pensiun, diluaran sana banyak perusahaan di bidang keuangan membuat program-program persiapan agar masa pensiun mereka nanti akan tetap indah dan bahagia. Begitu kata iklannya.

Mari kita lihat bersama, benarkah seseorang benar-benar perlu mengalami pensiun dari apa yang dia kerjakan?

Saya ingin mengurai sedikit tentang siklus kehidupan yang dihayati kebanyakan orang. Menurut pendapat saya siklusnya seperti ini:

Bayi – Balita – Anak-anak – Remaja – Dewasa – Bekerja – Mendapat Uang – Membangun kehidupan – Tua – Meninggal dunia.

Setiap fase memiliki karakteristik dan tugas perkembangan yang spesifik. Khusus pada fase dewasa, tugas perkembangannya antara lain: Mulai bekerja, Memilih pasangan hidup, Belajar hidup dengan pasangan, Memiliki anak. Dari beberapa tugas perkembangan yang saya sebutkan di atas, secara khusus kita bisa katakan bahwa orang dewasa harus mandiri. Orang dewasa bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan juga ditabung atau diinvestasikan untuk keperluan jangka panjang.

Pertanyaan yang muncul di benak saya kemudian adalah, “Apakah selalu hanya dengan bekerja seseorang memperoleh penghasilan?”

“Apakah tidak ada cara lain yang bisa dilakukan untuk memperoleh penghasilan?”

Well, menurut saya bekerja untuk memperoleh penghasilan, adalah sebuah kegiatan yang sudah dilakukan oleh orang tua kita, bahkan kakek-nenek kita. Hal tersebut berlangsung terus-menerus turun-temurun.

Bekerja dalam konteks yang umum artinya menukar tenaga dengan uang, menukar waktu dengan uang, menukar keahlian dengan uang, dan lain sebagainya. Intinya ada pertukaran sesuatu dan diberi imbalan uang.

Untuk golongan bawah, mereka tidak punya pilihan, mereka harus menukar waktu dan tenaga mereka dengan uang agar mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Untuk golongan menengah, sesungguhnya mereka lebih beruntung, karena mereka telah memiliki sedikit asset yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuannya memperoleh penghasilan, namun masih jarang dimanfaatkan dengan baik asset tersebut.

Untuk golongan atas, tidak perlu kita bicarakan lebih jauh, mereka adalah orang-orang yang telah memanfaatkan asetnya dengan baik sehingga dapat memberikan penghasilan yang optimal bagi dirinya. Dengan manajemen resiko yang baik, sangat jarang golongan ini akan mengalami kejatuhan ekonomi.

Dari ketiga golongan tersebut kita bisa melihat bahwa ada cara lain untuk memperoleh penghasilan.

Hari ini kita bisa lihat ada orang yang hanya melakukan apa yang dia sukai, dia memperoleh penghasilan, contoh Pengraji, Pelukis, Blogger, Video Blogger, Makeup Artist, Programmer, Comic, Penulis buku, dan masih banyak lagi. Masalahnya, sudahkah penghasilan yang mereka dapatkan untuk cukup untuk dapat membiayai gaya hidup yang dijalankannya.

Bagi seseorang yang saat ini sedang bekerja, seringkali tidak memiliki keyakinan dan keberanian bahwa dia memiliki pilihan untuk melakukan hal yang ia sukai dan memperoleh penghasilan dari sana. Mereka terlalu takut untuk keluar dari zona nyaman yang memang tidak nyaman itu.

Jika seseorang telah berhasil menemukannya, maka sudah bisa dipastikan dia sudah tidak perlu lagi berhadapan dengan yang namanya usia pensiun. Selama hayat masih dikandung badan, dia memiliki potensi untuk senantiasa berkarya dan memperoleh penghasilan dari sana, dan berkarya sudah selayaknya tidak dapat dibatasi dengan kata pensiun, kecuali ajal datang menjemput.

Salam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun