Mohon tunggu...
Iswahyudi
Iswahyudi Mohon Tunggu... Dosen - Usefull for all

Sampaikan walaupun satu ayat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tips Menambah Penghasilan Ibu Rumah Tangga Petani Garam di Masa Pandemi Covid 19

6 Juli 2021   13:28 Diperbarui: 6 Juli 2021   13:38 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Arin Wildani 2018

Semua sektor bisa dikatakan lumpuh akibat pandemi covid 19 yang melanda dunia tak terkecuali Indonesia. Khusus Pulau Madura, sebagai salah satu penghasil garam nasional juga mendapat dampaknya.

Garam hasil produksi pulau madura yang dulu menjadi primadona sudah tak lagi sama. Harga sudah tak bersahabat, petani terkena imbasnya. Tak terkecuali keluarga petani garam (istri) yang hanya menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT) menunggu hasil kerja suaminya saja.

Berangkat dari masalah tersebut, sebenarnya ada banyak solusi yang dapat ibu-ibu petani garam dapat lakukan. Salah satu contoh yang pernah dilakukan oleh Tim Dosen Universitas Islam Madura saat pengabdian masyakat tahun 2018 silam. Tim yang dinahkodai Arin Wildani (Dosen Fisika FKIP) dibantu Iswahyudi (Dosen Agroteknologi) dan M. Taufiq Hidayat (Dosen Agrobisnis Perikanan) mencoba memberdayakan Ibu Rumah Tangga Petani Garam untuk dapat memproduksi garam beryodium skala rumah tangga.

Garam yang biasanya dijual hanya sebatas garam krosok (garam tanpa pengolahan) sudah pasti harganya tidak seberapa. Bagaimana cara menaikkan nilai jualnya? Yaitu diolah menjadi garam beryodium skala rumah tangga. Harga garam yang biasanya sekarung 50kg seharga 20rb, jika diolah menjadi garam beryodium bisa naik berkali-kali lipat.

Ibu rumah tangga yang tadinya tidak berpenghasilan dengan mengolah garam tersebut sudah pasti akan mendapat penghasilan. Karena pada umumnya sangat mudah mengolahnya, garam krosok premium tinggal disemprot iodium dengan takaran tertentu sesuai SNI (perbandingan banyaknya garam dan iodium), diaduk merata lalu dihaluskan dan dikemas dengan kemasan kecil 250gr sudah jadi garam beryodium dan layak jual.

Lalu bagaimana cara menjualnya? Saat ini sudah tidak asing lagi bahwa banyak pedagang  sayur itu sudah hampir tiap hari keliling rumah warga. Mau masa normal apalagi masa pandemi seperti saat ini. Dulu saat tim Pengabdian melalukan pemberdayaan memberi ide dengan menitipkan garam hasil produksi rumahan itu pada penjual sayur keliling. Hal itu terbukti sangat membantu dalam menjual garam tersebut. Dan pastinya memberikan pemasukan tambahan bagi ibu petani garam.

Mungkin dengan adanya pandemi covid 19 ini, hal tersebut dapat menjadi ide bagi ibu-ibu petani garam dan mungkin masih relevan untuk diterapkan agar memperoleh penghasilan tambahan, menaikkan ekonomi masyarakat dan memulihkan ekonomi Indonesia.

Refrensi : Jurnal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun