Sudah berjalan satu bulan lebih, sejak junta militer melakukan kudeta dan  mengambil alih kekuasaan  pemerintahan yang sah dibawah kepimpinan Aung San Suu Kyi. Kondisi keamanan di Myanmar semakin mencekam karena militer melakukan tindakan represif sehingga  mengakibatkan korban jiwa yang mencapai angka 200 rakyat sipil tewas sejauh ini.Â
Upaya perdamaian yang disuarakan oleh dunia internasional  termasuk  negara anggota ASEAN, seakan tak mampu meredam pergolakan yang sedang terjadi di Myanmar. Dunia internasional mengecam tindakan brutal aparat militer terhadap rakyat sipil yang menolak kudeta militer.Â
Nampaknya penguasa junta  militer yang dipimpin Jendral Min Aung Hlaing juga mendapat respon penentangan dari sebagian aparat kepolisian di Myanmar. Situasi semacam ini membuat banyak aparat kepolisian melakukan desersi dan lebih baik melakukan eksodus keluar dari Myanmar. Salah satu negara tetangga Myanmar yang menjadi tujuan untuk mengungsi adalah India.Â
Inilah yang terjadi jika manusia sudah dikuasai nafsu berkuasa yang melegalkan tindakan inkonstitusional untuk menjadi penguasa di Myanmar. Sistem negara demokrasi yang mulai nampak di Myanmar seakan menjadi pudar kembali setelah terjadi kudeta militer di awal bulan Pebruari 2021.
Sejatinya mayoritas rakyat di Myanmar lebih mencintai dan mendukung sistem demokrasi daripada sistem pemerintahan dibawah kendali militer yang dirasa penuh dengan intimidasi kekerasan  dan kebebasan berpendapat diberangus.
Jika situasi semakin genting, bukannya tidak mungkin bisa terjadi perang saudara ( civil war ) di Myanmar. Hal inilah yang paling dicemaskan oleh dunia internasional jika sampai terjadi perang saudara di negara tersebut. Pelajaran berharga bisa dipetik dari kejadian perang saudara yang terjadi di Suriah yang mengakibatkan sekitar 380 ribu orang meninggal selama rentang waktu 2011 - 2021 ( Source : https://tinyurl.com/fcpptmy4 ).
Bukan tidak mungkin, bisa juga muncul  perpecahan di tubuh militer Myanmar, jika hal ini sampai terjadi sudah pasti situasi akan semakin runyam di negara tersebut. Semoga tensi di Myanmar segera mereda dan ada solusi yang terbaik buat penyelesaian konflik disana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H