Mohon tunggu...
Chuck Wisnoe
Chuck Wisnoe Mohon Tunggu... Wiraswasta - The cool.....

What is done in a hurry is seldom done well

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Pemukulan Alat Dapur di Myanmar dan di Jawa

8 Februari 2021   18:24 Diperbarui: 8 Februari 2021   18:44 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena Alat Dapur ( Getty Images )

Kita mungkin masih  dikejutkan dengan peristiwa kudeta militer di Myanmar beberapa hari yang lalu.  Kita tidak tahu  kudeta  militer itu berdarah atau tidak, karena semua akses media di Myanmar di blokir oleh pemerintah junta militer yang lagi memegang kendali saat ini. 

Sebenarnya rakyat Myanmar mempunyai pemahaman yang bagus akan arti demokrasi, apalagi mereka melihat bagaimana perjuangan panjang Aung San Suu Kyi memperjuangkan perdamaian dan  sistem negara demokrasi. Mereka pun  menjadi semakin bersemangat  menggaungkan sistem negara demokrasi yang damai, setelah Aung San Suu Kyi  dianugerahi  Nobel Prize untuk perdamaian pada tahun 1991.

Masih ada kaitannya dengan kudeta militer di Myanmar, sempat viral di media masa ketika rakyat bersatu menentang kudeta militer. Hampir dari segala profesi seperti dokter, perawat, pengacara dan mahasiswa turun ke jalan dengan damai menyuarakan penentangan terhadap kudeta  militer yang dipimpin oleh Jendral Min Aun Hlaing.

Ada hal unik  yang menjadi perhatian saya yaitu pada saat rakyat Myanmar  secara bersamaan memukuli alat - alat dapur seperti wajan, panci , dandang sebagai bentuk protes menentang kudeta militer. Tetapi yang saya lihat justru wajan yang paling banyak dipakai dan dipukuli dengan keras - keras, mungkin wajan suaranya yang paling nyaring ketika dipukuli, barangkali ya ?

Hal semacam ini, maksud saya memukuli wajan dengan kencang,  jadi mengingatkan saya akan tradisi di Jawa yang juga menggunakan alat dapur sebagai sarana untuk menemukan kembali anak / orang yang hilang karena disembunyikan (digondol) oleh mahkluk halus , semacam gendruwo, wewe gombel dan jin, cara ini terbukti ampuh menemukan kembali orang yang hilang karena ulah mahkluk halus.

Jadi kesimpulan yang bisa saya maknai dari pemukulan wajan (alat dapur) diantara rakyat Myanmar dan  di Jawa  yang adalah  perbedaan tujuan. Kalau di Myanmar, pemukulan alat - alat dapur, tujuannya barangkali untuk " mengembalikan  demokrasi yang hilang akibat  diambil alih oleh  militer. " Sedangkan di Jawa, cara ini digunakan untuk menemukan kembali  " orang yang hilang digondol gendruwo." 

Akan tetapi dari kedua aktivitas itu, menurut saya juga memiliki  kesamaan  arti yaitu " upaya mengembalikan sesuatu yang hilang." Jika yang hilang sudah kembali maka kehidupan akan menjadi tentram kembali. 

Semoga Myanmar menemukan kembali demokrasinya. Selamat berjuang rakyat Myanmar.......never surrender, itu katanya Winston Churchill. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun