Â
Orang Asia Tenggara terutama di Indonesia adalah penggemar atau paling suka sekali dengan makanan atau masakan yang rasanya pedas. Kalau sudah menyantap makanan yang rasanya pedas nikmatnya luar biasa , begitu katanya.Â
Kondisi ini didukung dengan tanaman cabe yang dapat tumbuh subur dan ketersediaan yang melimpah di negara kita. Hampir sebagian besar orang Indonesia suka masakan pedas. Bahkan rumornya kalau belum makan yang pedas - pedas katanya masih belum puas.
Cabe / lombok biasanya diolah menjadi sambal , baik itu sambal terasi, sambal bajak, sambal ijo , sambal bawang , sambal pecel, sambal matah , rujak cingur pedas......wah pokoknya mantap banget ....gokil.
Kebetulan saya juga penggemar masakan pedas. Rasanya makan tidak nikmat kalau tidak ada sambalnya. Apalagi kalau makan rujak cingur pakai cabe 25 biji ...wow nendang abis rasanya. Keringat sampai mengalir deras kalau sudah menyantap makanan khas Surabaya ini. Belum lagi ada pecel lele , nasi babat , lontong balap yang kalau dimakan pakai sambal yang pedas bisa lupa daratan.
Akan tetapi harap berhati - hati bagi penggemar sambal karena bisa sakit perut hebat gara - gara sambal lho. Kadangkala sambal dibuat langsung dari cabe mentah tanpa digoreng atau direbus dahulu. Kita bisa sakit perut atau diare ( red = murus - murus ) jika di dalam sambal mentah yang kita buat itu karena ada cabe yang busuk yang kita makan. Bisa juga kita sakit perut karena ada cabe yang sudah gembos. Mungkin disitu sudah berkembang jamur yang tidak kita ketahui.Â
Kejadian sakit perut sampai diare pernah saya alami juga. Sewaktu saya di rumah saudara dan pada saat itu diberi sajian sambal mentah dengan aneka lauk - pauk. Wah enak nih pikir saya , saya makan aja waktu itu dengan lahap hidangan yang ada di atas meja makan.Â
Baru beberapa jam setelah makan, saya merasakan perut saya sakit , bunyinya gruduk - gruduk di dalam perut. Tak lama berselang , perut saya semakin sakit dan sering ke belakang sampai beberapa kali karena murus - murus.Â
Saya coba atasi dengan minum obat sakit perut tapi masih belum ada hasilnya. Beli degan ijo , barangkali saya keracunan tapi gak mempan juga. Sampai hari ke lima , sudah tidak terhitung saya mondar - mandir ke kamar kecil. Akhirnya saya coba ke dokter , saya waktu itu ditanya oleh dokter  sudah berapa hari mengalami diare . Saya jawab baru 2 hari , padahal sudah 5 hari diarenya. Saya waktu itu kalau bilang sudah 5 hari , pasti saya sudah direkom untuk opname. Wadow berapa duit yang harus keluar , biaya opname di rumah sakit mahal . Lantas karena tidak diopname ,, saya diberi obat sakit perut oleh dokternya.Â
Sampai hari ke 7 alias 1 minggu , perut saya masih murus - murus, ( maaf ) feces yang keluar masih berupa cairan. Nah , pada hari minggu kalau tidak salah saya ke kota Blitar, berangkat dari Kediri. Mau tidak mau , saya punya janji mau mengantar istri dan mertua untuk anjangsana ke keluarga di Blitar karena kebetulan Idul Fitri.Â