Saya waktu itu spontan menjawab , "  .inggih mbah ". Kemudian saya dan teman - teman  bergegas kembali ke bumi perkemahan yang tak jauh dari lokasi makam tersebit. Dalam benak saya sambil.berjalan , seingat saya tadi waktu kami masuk kesana berlima tidak ada orang sama sekali di sekitar makam itu, kok ujug - ujug ada nenek tua dibelakang kami. Saya tidak tahu apakah teman saya yang lainnya melihat nenek itu atau tidak , saya tidak tahu.Â
Selang beberapa tahun , tepatnya tahun 1996, kami sekeluarga pindah ke perumahan di sebelah hotel Utami Juianda. Saya waktu itu kebetulan juga dapat pekerjaan di daerah jl. Senopati, Sidoarjo dekat Juanda.
Suatu saat saya dapat tugas untuk menyetor uang perusahaan ke cabang Bank Mandiri di Bandara Juanda. Saya naik sepeda motor dan  kebetulan mengambil jalan pintas melalui daerah pulungan , kawasan wilayah milik TNI Angkatan Laut.Â
Pada aaat itu melintas di kawasan itu, mata saya tiba - tiba melihat tempat yang rasanya saya kenal. Saya beehenti sebentar di depannya dan saya baru ingat kalau saya pernah kesini waktu SD.
Saya semakin penasaran dan malamnya saya sendirian ke lokasi makam itu. Disana , saya bertemu dengan 3 orang yang sudah sepuh ( red = tua ) , salah satunya perempuan. Saya diterima dan dipersilakan duduk di pendopo yang ada di lokasi petulasan tersebut. Saya diberitahu bahwa petilasan itu adalah tempat moksanya Eyang Ratu Dewi Sekarsari yang menurut ceritanya adalah salah satu kerabat dekat Kerajaan Majapahit
Saya disuguhi kopi oleh Pak Seran  ( sudah wafat tahun 2016 ). Waktu itu , saya sempat cerita kepada Pak Seran bahwa pada tahun 1980 saya kesini dan berjumpa dengan  sosok perempuan  tua yang mengenakan pakaian adat jawa. Saya tanya kepada Pak Seran , apakah nenek tersebut sebagai " Juru Kunci " tempat ini ? Tak lama , Pak Seran bertanya balik ke saya ,  " pada waktu itu kejadiannya tahun berapa " ?  Saya spontan menjawab tahun 1980 Pak ! Sambil tersenyum Pak Seran menimpali omongan saya , " lha wong saya jadi juru kunci disini mulai tahun 1965 ". Lho , terus nenek itu siapa Pak ? saya tanya lagi
 Pak Seran menjawab bahwa nenek yang menemui saya waktu itu Eyang Ratu Dewi Sekarsari  yang bersemayam di petilasan ini. Merinding saya mendengar penjelasan dari Pak Seran. Apakah mungkin leluhur yang sudah meninggal bisa menampakkan diri secara nyata ? Itu pertanyaan dalam benak saya.
Pak Seran melanjutkan pembicaraannya bahwa saya adalah orang yang beruntung bisa ditemui secara langsung oleh Eyang Ratu Dewi Sekarsari yang katanya jasadnya moksa di petilasan tersebut. Katanya tidak semua orang bisa bertemu secaraa kasat mata dengan Eyang.Â
 Sampai sekarang saya masih sering menyempatkan berkunjung ke petilasan Eyang Ratu Dewi Sekarsari , sudah 20 tahun lebih saya masih selalu berkunjung ke petilasan leluhur ini walaupun Pak Seran sudah meninggal dunia , saya tetap sering sowan kesana yang sekarang poaisi juru kunci diemban oleh Pak Irianto , menantu Pak Seran.
Semoga kita selalu ingat leluhur kita sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H