Menggelikan sebenarnya, namun sekaligus menjengkelkan.Â
Buat apa artikel itu dibuat panjang lebar jika seseorang sudah merasa yakin paham hanya dari membaca judul atau melihat fotonya?
Hal yang sama terjadi saat netizen menebar berita yang menyudutkan Kiai Ma'ruf Amin yang bercanda mengenai susu kuda liar. Bagi yang tidak membaca berita secara lengkap, dia akan mengalami sesat informasi. Selangkapnya baca di sini.
Contoh lain? Ada dan banyak.
3. Mendikte Orang Lain
Kalimat terakhir si komentator adalah ".. Â knp gk judulnya belajar membunuh anak kecil dari israel?"
Fix, kalimat ini muncul lantaran akumulasi pasal pertama dan ke dua di atas. Sudah nggak paham masalah yang ditulis, nggak mau baca secara keseluruhan lalu 'mengusulkan' sesuatu yang nggak pas. Sungguh luar biasa hebat saudara setanah air ini.Â
Jika seseorang secara keseluruhan membaca artikel yang saya tulis, kesimpulan yang diambilnya --saya yakin secara mayoritas-- adalah bahwa artikel itu memuat sindiran bagi sekian banyak orang Indonesia yang merasa lebih beriman ketimbang orang lain namun enggan bersatu untuk menghadapi pandemi ini. Adanya cuma bersilat kata dan menyalahkan.Â
Mereka seharusnya malu, ternyata ada orang yang hidup di negara seperti Israel --yang you know lah --yang mampu bekerja sama memerangi penyakit global ini meski berbeda keyakinan, Yahudi dan Muslim, yang selama ini diidentikkan dengan permusuhan.Â
Orang yang berada di 'luar lingkaran' kerap tak mengerti masalah secara detail. Dia hanya tahu melalui pemberitaan yang bisa jadi tak mengungkap seluruh fakta yang ada. Dan pemberitaan yang terbatas ini pun, dia tak baca dan kuasai seluruhnya.
Dia yang menganggap sudah menguasai masalah dengan mumpuni, merasa lebih tahu dan dengan bangga -- atau sambil nyinyir-- menyalahkan sambil mendikte orang lain. Sakti kan?
Baca juga artikel lainnya :
- Belajar Kebersamaan dari Israel
- Duka Tenaga Medis Melawan Corona, Ditolak Tetangga hingga Kehilangan Nyawa
- Menjawab Denny Siregar tentang "Ahok Larang Salat Jumat"