Organisasi yang empat tahun lagi berumur seabad itu masih saja lekat dengan predikat Islam tradisional lengkap dengan atribut khasnya, sarung. Jangankan yang masih nyantri, yang sudah jadi wapres saja masih sarungan, kok.
Orang-orang NU memang identik dengan kata santuy. Guyonan itu sudah dianggap sebagai nampan bagi sajian dakwah. Makanya jangan heran, kalau kiai-kiai NU itu pada pinter ngelucu. Dan Gus Dur yang pernah ngepalain nahdliyyin itu pun terkenal dengan guyonannya.
Meski begitu, pondok-pondok NU terkenal memiliki standar mumpuni dalam keilmuan dan melegenda hingga kini. Sebut saja ponpes (PP) Tebuireng yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy'ari, PP. Sidogiri (Pasuruan), PP. Lirboyo (Kediri) dan PP. Al-Anwar (Rembang) yang didirikan oleh ulama kharismatik, KH Maimun Zubair.Â
Jadi meski sarungan, banyak orang NU yang penguasaan ilmu agamanya sehebat sinyal 5G.
Ternyata Muhammadiyah Juga Bisa Lucu Juga, Lho ..
Kita tinggalkan NU dengan segala kelucuan. Sebab di belahan bumi lain terdapat komunitas yang tak kalah lucunya, Muhammadiyah Garis Lucu. Ya, sekali lagi Muhammadiyah Garis Lucu!
Bukan sulap apalagi sihir, ternyata di balik kesan serba teraturnya Muhammadiyah, ada juga pengikutnya yang mengalami anomali. Yakni menjadi makhluk santuy ..
Menurut seorang penulis muda yang ngakunya anak Muhammadiyah kultural informal, Iqbal Aji Daryono, Muhammadiyah kini memang mengalami krisis kelucuan. Gaya komunikasi pemuda-pemudanya terkesan berbeda dengan masa orang tuanya dulu. Selalu serius dalam menanggapi permasalahan.Â
Berkaca dari pendapat orang dalam itu, anggapan bahwa kelucuan itu barang mahal di lingkungan Muhammadiyah ada benarnya juga. Muhammadiyah Garis Lucu hadir sebagai antitesa kebanyakan warga Muhammadiyah yang so serious. Ibarat NU Garis Lurus yang jadi nganeh-anehi di tengah mayoritas NU yang lucu-lucu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H