Jumat pagi saya kembali dapat melewati Jl. Jatinegara Barat saat berangkat kerja. Sehari sebelumnya, arus kendaraan ke arah Jl. Matraman dialihkan melalui salah satu lajur di Jl. Jatinegara Timur yang biasanya mengarah ke terminal Kampung Melayu. Pengalihan arus dilakukan akibat adanya luapan sungai Ciliwung yang melintas di wilayah itu.
Tenda Kemanusiaan FPI
Banyaknya kendaraan mengakibatkan pelannya laju lalu lintas. Di samping itu, tak difungsikannya salah satu lajur menjadi penyebat melambatnya arus dari arah Kampung Melayu. Di lajur itu terparkir banyak kendaraan yang diantaranya mungkin adalah milik para korban banjir yang dievakuasi. Selain itu, terdapat tenda-tenda yang dibangun untuk kegiatan kemanusiaan.Â
Di depan kios-kios yang biasanya dipadati oleh kegiatan jual beli itu, terdapat korban banjir dengan berbagai aktivitasnya.Â
Salah satu tenda yang berdiri di sana adalah milik Front Pembela Islam. Kelompok yang selama ini dielu-elukan oleh sebagian orang sebagai garda depan dari elemen masyarakat yang membantu dalam penanganan korban bencana.
Di media sosial, sebagian pengagum fron ini kerap menanyakan keberadaan kelompok lain saat bencana datang. Mungkin orang-orang itu hendak menunjukkan kepada publik --melalui media sosialnya-- mengenai besarnya manfaat yang ditimbulkan oleh organisasi yang dimusuhi dan dituntut dibubarkan.Â
Padahal faktanya ada saja yang memuat aktivitas FPI di media arus utama. Meski hanya satu atau dua.
Nyinyir dan Nyinyir, Apa yang telah Merasukimu?
Kelompok lain yang biasa moncer di media sosial saat terjadinya bencana yaitu Banser.Â
Badan otonom (Banom) di bawah fron kepemudaan NU --GP Ansor-- itu oleh sebagian orang malah digelari musuh karena aktivitasnya yang dinilai memusuhi sebagian umat Islam.